Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Kompas.com - 12/03/2024, 05:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ibnu Arabi berpendapat bahwa puasa memiliki kaitan erat dengan peniruan sifat-sifat Allah (asshamadiyyah).

Secara linguistik, di antara makna Asshamad, adalah ‘alladzi laa Jaufa Lahu’ (yang tidak memiliki lambung; wadah bagi makanan dan minuman).

Dalam konteks ini, puasa bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri selama bulan Ramadhan, tetapi lebih dalam dari itu.

Puasa merupakan sebuah latihan spiritual yang memungkinkan individu untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi, menghilangkan hawa nafsu duniawi (makan, minum, seksualitas, dan sterilisasi panca indra serta hati dari ajakan segala jenis keburukan) dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Menilik Jejak Tradisi Munggahan Menjelang Ramadhan

Dalam pandangan Ibnu Arabi, puasa membawa individu menuju penyatuan dengan Allah SWT dengan cara meniru sifat asshamadiyyah-Nya, seperti membebaskan diri dari keterikatan dunia material dan tidak bergantung dengan siapa pun selain Allah SWT.

Dengan demikian, Ibnu Arabi mengajarkan bahwa dengan puasa, individu dapat menerima cahaya spiritual yang memungkinkan mereka untuk merasakan kehadiran Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dan mencapai kesatuan yang sempurna dengan-Nya.

Kejernihan pikiran dan keseimbangan hidup

Al-Harith bin Kaladah adalah seorang tabib terkenal Arab dari zaman pra-Islam yang juga dikenal sebagai pendeta Arab.

Dia adalah seorang yang bijaksana dan sering memberikan nasihat yang bernilai, termasuk tentang kebiasaan makan.

Salah satu pesan yang diatribusikan kepadanya adalah tentang pentingnya untuk tidak mengisi perut secara berlebihan.

Pesan ini menggarisbawahi nilai-nilai kesederhanaan, keseimbangan, dan kesehatan dalam kehidupan seseorang.

Salah satu perkataan Al-Harith bin Kaladah adalah: "Janganlah engkau mengisi perutmu sepenuhnya, karena itu akan membuat tubuhmu lemah. Segeralah engkau bergerak, karena itu akan membuat jiwamu sehat, dan bersabarlah dalam kehidupan, karena itu akan membuat akhiratmu bahagia."

Baca juga: Ter Ater, Tradisi Saling Memberi Khas Madura Menyambut Ramadhan

Dalam pesannya, dia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam konsumsi makanan, tidak mengisi perut hingga penuh, agar tubuh tetap sehat dan kuat.

Selain itu, dia juga menyoroti pentingnya bergerak dan tidak bersifat malas, karena gerakan fisik adalah bagian penting dari menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Pesan dari al-Harith bin Kaladah ini mencerminkan pemahaman akan pentingnya gaya hidup sehat dan seimbang dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com