Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Kompas.com - 12/03/2024, 05:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com- Setiap tahun, umat Muslim di dunia menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan dan kekhusyukan. Bulan suci ini tidak hanya menjadi momen untuk menunaikan kewajiban berpuasa, tetapi juga sebagai waktu untuk merenung dan mendalami nilai-nilai  spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Di tengah hiruk-pikuk kesibukan dunia modern, Ramadhan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk menemukan cahaya dalam kegelapan, memperkuat ikatan dengan Allah SWT, dan memperdalam pemahaman akan diri dan kehidupan.

Baca juga: Tradisi Dugdag Keraton Kasepuhan Cirebon, Pukul Bedug Samogiri sebagai Tanda Dimulainya Ramadhan

Cahaya Ramadhan yang dimaksud bukan cahaya yang memancar dari lampu-lampu masjid yang gemerlap, tetapi lebih kepada cahaya batin yang terpancar dari dalam diri setiap individu yang menjalani ibadah puasa.

Di dalam keheningan malam, ketika azan pertama kali berkumandang untuk menandai awal puasa, cahaya itu mulai bersinar.

Ini adalah cahaya kesadaran akan tanggung jawab spiritual, komitmen untuk naik kelas menuju predikat takwa, dan tekad untuk menggapai keridhaan Allah SWT.

Baca juga: Mengenal Langgilo, Tradisi Membuat Ramuan Herbal untuk Mencuci Perlengkapan Ibadah Jelang Ramadhan

Puasa dari segi bahasa adalah menahan, namun puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus selama siang hari, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi segala bentuk perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama.

Dalam proses ini, setiap individu berusaha untuk menciptakan ruang di dalam dirinya yang bersih dan suci, tempat di mana cahaya kebenaran dapat bersinar terang.

Bulan Ramadhan juga merupakan waktu bagi umat Muslim untuk mendalami nilai-nilai seperti kasih sayang, belas kasihan, dan tolong-menolong.

Di tengah kesadaran akan berkah yang melimpah dalam bulan ini, banyak umat Muslim yang meluangkan waktu untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan, menyebarkan kebahagiaan, dan membantu mengurangi penderitaan orang lain.

Dalam tindakan-tindakan kebaikan ini, cahaya kasih dan kepedulian memancar, mencerahkan jalur hidup mereka yang membutuhkan.

Baca juga: Tradisi Papajar di Kelenteng Cianjur, Potret Keberagaman Etnis Sambut Ramadhan

Berpuasa meniru sifat Asshamadiyyah Allah

Ilustrasi Ramadhan, ibadah, shalat.UNSPLASH/AFIQ FATAH Ilustrasi Ramadhan, ibadah, shalat.

Ibnu Arabi (w. 1240 M), seorang tokoh besar dalam tradisi tasawuf Islam, menulis tentang berbagai aspek spiritualitas dan filsafat Islam, termasuk dalam karyanya yang monumental, "al-Futuhat al-Makkiyah".

Dalam karyanya ini, Ibnu Arabi menguraikan konsep-konsep yang dalam Islam memiliki pantulan cahaya spiritual yang mendalam.

Salah satu konsep yang dibahas oleh Ibnu Arabi dalam "al-Futuhat al-Makkiyah" adalah tentang puasa yang ia sambungkan dengan konsep "asshamadiyyah" dengan Allah.

Konsep ini merujuk pada pencapaian tingkat tertinggi dalam pengalaman spiritual, di mana individu merasakan penyatuan atau kesatuan yang mendalam dengan Sang Pencipta.

Baca juga: Link Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2024 di Provinsi Kepulauan Riau

Ibnu Arabi berpendapat bahwa puasa memiliki kaitan erat dengan peniruan sifat-sifat Allah (asshamadiyyah).

Secara linguistik, di antara makna Asshamad, adalah ‘alladzi laa Jaufa Lahu’ (yang tidak memiliki lambung; wadah bagi makanan dan minuman).

Dalam konteks ini, puasa bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri selama bulan Ramadhan, tetapi lebih dalam dari itu.

Puasa merupakan sebuah latihan spiritual yang memungkinkan individu untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi, menghilangkan hawa nafsu duniawi (makan, minum, seksualitas, dan sterilisasi panca indra serta hati dari ajakan segala jenis keburukan) dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Menilik Jejak Tradisi Munggahan Menjelang Ramadhan

Dalam pandangan Ibnu Arabi, puasa membawa individu menuju penyatuan dengan Allah SWT dengan cara meniru sifat asshamadiyyah-Nya, seperti membebaskan diri dari keterikatan dunia material dan tidak bergantung dengan siapa pun selain Allah SWT.

Dengan demikian, Ibnu Arabi mengajarkan bahwa dengan puasa, individu dapat menerima cahaya spiritual yang memungkinkan mereka untuk merasakan kehadiran Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dan mencapai kesatuan yang sempurna dengan-Nya.

Kejernihan pikiran dan keseimbangan hidup

Ilustrasi Ramadhan, ibadah, Al Quran.UNSPLASH/GR STOCKS Ilustrasi Ramadhan, ibadah, Al Quran.

Al-Harith bin Kaladah adalah seorang tabib terkenal Arab dari zaman pra-Islam yang juga dikenal sebagai pendeta Arab.

Dia adalah seorang yang bijaksana dan sering memberikan nasihat yang bernilai, termasuk tentang kebiasaan makan.

Salah satu pesan yang diatribusikan kepadanya adalah tentang pentingnya untuk tidak mengisi perut secara berlebihan.

Pesan ini menggarisbawahi nilai-nilai kesederhanaan, keseimbangan, dan kesehatan dalam kehidupan seseorang.

Salah satu perkataan Al-Harith bin Kaladah adalah: "Janganlah engkau mengisi perutmu sepenuhnya, karena itu akan membuat tubuhmu lemah. Segeralah engkau bergerak, karena itu akan membuat jiwamu sehat, dan bersabarlah dalam kehidupan, karena itu akan membuat akhiratmu bahagia."

Baca juga: Ter Ater, Tradisi Saling Memberi Khas Madura Menyambut Ramadhan

Dalam pesannya, dia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam konsumsi makanan, tidak mengisi perut hingga penuh, agar tubuh tetap sehat dan kuat.

Selain itu, dia juga menyoroti pentingnya bergerak dan tidak bersifat malas, karena gerakan fisik adalah bagian penting dari menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Pesan dari al-Harith bin Kaladah ini mencerminkan pemahaman akan pentingnya gaya hidup sehat dan seimbang dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan.

Hal ini juga mencerminkan kesadaran akan hubungan antara kebiasaan makan dan kesehatan tubuh serta kesehatan jiwa.

Kata bijak serupa terkait perlunya seseorang untuk mengosongkan isi perut, disampaikan Lukman al-Hakim, sebuah sosok yang disebutkan dalam Al-Qur'an, dalam surat Lukman (QS. Lukman: 12-19). Pesan yang disampaikannya antara lain: “apabila perut telah penuh terisi, maka pemikiran akan tertidur (tumpul), kebijaksanaan akan membisu, dan anggota badan akan malas untuk beribadah”.

Baca juga: Menengok Tradisi Sedekah Bumi dan Gunungan Tempe untuk Sambut Ramadhan di Sidoarjo

Kata-kata bijak di atas, relevan dengan pandangan Islam yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan pikiran sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.

Dengan tidak mengisi perut secara berlebihan, seseorang dapat menjaga kesehatan fisiknya, serta memperoleh kekuatan dan keseimbangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena ia mampu menghadirkan cahaya kejernihan pikiran dan kebijaksanaan.

Maka tidak heran jika terdapat perkataan yang meskipun secara sanad diperdebatkan ketersambungannya kepada Rasulullah SAW.

Namun secara makna, memiliki pesan yang sesuai dengan fakta ilmiah dan aspek manfaat secara fisik.

Perkataan tersebut menyebutkan, “berpuasalah kalian, niscaya akan sehat”. Dalam menyikapi status perkataan/hadits ini, para ulama menyampaikan bahwa jika terkait makna hadits maka dapat diterima, atau dapat dijadikan rujukan dalil/pijakan dalam perkara keutamaan suatu amalan (fadhail al-a’mal).

Namun karena keterputusan sanad, maka tidak boleh secara sadar perkataan tersebut disandarkan atau diyakini berasal dari sabda Rasulullah SAW.

Dalam kaitan ini, Imam Ibnu Abdil Bar dalam kitab At-Tamhid berkomentar, “betapa banyak hadits yang bersanad dhaif (lemah), tetapi mengandung makna yang shahih (benar)”.

Ilustrasi puasa Ramadhan 2024. Sidang isbat penetapan awal Ramadhan 2024. Tahapan penetapan awal Ramadhan 2024.Freepik Ilustrasi puasa Ramadhan 2024. Sidang isbat penetapan awal Ramadhan 2024. Tahapan penetapan awal Ramadhan 2024.

 

Maka dalam berinteraksi dengan hadis di atas, kita dapat menyikapinya bahwa puasa akan menghasilkan efek manfaat bagi kesehatan jika dilakukan secara bijaksana.

Namun, patut pula diingat, bahwa berpuasa dalam kondisi tertentu dapat memiliki efek negatif pada kesehatan, terutama jika tidak dilakukan dengan benar. Beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul bagi beberapa orang selama puasa termasuk dehidrasi, gangguan elektrolit, sakit kepala, dan penurunan energi.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa puasa dilakukan dengan bijaksana, dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi dan hidrasi tubuh yang cukup saat waktu berbuka dan sahur.

Konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai puasa juga disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang memerlukan perhatian. Dengan bersikap seperti ini, sejatinya kita telah beragama secara rasional, moderat (seimbang) dan terbimbing oleh cahaya Ramadhan.

-------------------------------------------------

Muladi Mugheni, Ph.D. Cendekiawan Muda NU, Alumnus Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, Universitas Al-Azhar Mesir, dan International Islamic University Islamabad (IIUI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com