Semakin tinggi intensitas pikiran kepada kepada hal-hal duniawi tersebut, semakin kuat gravitasi untuk menguasainya. Semakin kuat gravitasi duniawi seseorang semakin menjadikannya menjauh dari Allah. Dengan demikian, orientasi utama dari menegasikan hal-hal duniawi dalam rangka menemukan dan berdekatan dengan Allah (illa Allah).
Puasa eksistensial bukan berarti penolakan kepada dunia secara totalitas. Bagaimanapun, dunia merupakan lahan yang harus diolah dan diperhatikan, sebagaimana tersirat dalam misi penciptaan (khalifah fi al-ardh). Hidup di dunia merupakan faktisitas (takdir) yang harus dijalani.
Hanya saja, manusia tidak boleh kemudian terpenjara oleh hasrat keduniaan sehingga melupakan eksistensinya sebagai hamba Allah. Dengan demikian, puasa eksistensial lebih dalam rangka merevitalisasi kesadaran eksistensi manusia sebagai hamba Allah.
Hasil akhir (out come) dari puasa eksistensial tidak lain adalah perilaku manusia yang sarat dengan kebajikan (virtue), keadilan (fairness), cinta (love), persaudaraan (brotherhood), dan keseimbangan (balance).
Seseorang yang telah mencapai tingkat puasa eksistensial diharapkan lebih berperilaku baik kepada sesama, penuh toleransi, dan merawat keharmonisan. Perilaku-perlaku demikian sangat dibutuhkan saat ini, ketika dunia menghadapi multikrisis, seperti krisis kemanusiaan, ekologi, ekonomi, moralitas dan yang lain.
Pendek kata, puasa eksistensial setara dengan level tertinggi dalam perjalanan (al-asfar) manusia, sebagaimana ditulis oleh Mulla Sadra dalam al-Asfar al-Arba’ah fi Hikmah alMuta’aliyah. Perjalanan yang terakhir ini adalah perjalanan dalam dunia kemakhlukan, namun penuh dengan sinar ketuhanan.
Orang yang mencapai fase ini hidup wajar di tengah-tengah komunitasnya, menjadi bagian dari bangsanya, serta bergerak mengais rezeki dari alam dan lingkungannya dengan penuh kesadaran ketuhanan. Alhasil, pelaku puasa eksistensial akan membuatnya produktif sekaligus jauh dari nilai-nilai destruktif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.