Dengan demikian, aglomerasi perkotaan berfungsi penting dalam pembangunan wilayah, regional maupun global.
Baca juga: Tol Cimanggis-Cibitung Dukung Pertumbuhan Aglomerasi Megapolitan Jakarta
Dalam bukunya Cities Evolution (1915), Patrick Geddes menjadi salah satu pemikir kota pertama yang memperkenalkan pendekatan komprehensif tentang regionalisasi, dengan mempelajari dinamika antar kota kota dan proses urbanisasi.
Urban sprawl, atau penyebaran tak terkendali, terjadi bersamaan dengan semakin terkonsentrasi nya kegiatan-kegiatan ekonomi dan industri.
Jadi, wilayah perkotaan semakin besar, kompleks dan kuat secara ekonomi.
Pada awal 1900, Geddes sudah memprediksi bahwa konurbasi atau klaster kota-kota akan terus semakin cepat, sebagai tren urbanisasi dunia.
Wilayah perkotaan terbesar di dunia seperti Greater New York, Jabotabekpunjur (Greater Jakarta), greater Tokyo, Shanghai, Mumbai, terbukti saat ini semakin menjadi mesin ekonomi dunia.
Akumulasi aset dan roda ekonomi, kekayaan, penurunan kualitas akibat polusi dan kekurangan air, banjir, kemiskinan dan sekaligus kemewahan, membuat wilayah-wilayah aglomerasi perkotaan ini pun semakin terkoneksi.
Baca juga: Demi Kenyamanan, Tempat Duduk Bus Aglomerasi Menghadap ke Depan
Jabotabekpunjur adalah wilayah perkotaan 34 juta penduduk, yang terdiri dari tiga provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten.
Kemudian mencakup sembilan kota/kabupaten yakni Kota Bekasi, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupatrn Cianjur.
Wilayah aglomerasi perkotaan ini merupakan mesin ekonomi besar, dengan pengaruh politik skala regional dan global.
Saat ini, Indonesia berada pada puncak urbanisasi, dengan kecepatan transformasi desa menjadi perkotaan sangat tinggi, dan ekspansif.
Pada tahun 2010 Kementerian PUPR sudah merilis bahwa dalam kurun 30 tahun ke depan, hampir 80 persen rakyat Indonesia akan tinggal di perkotaan.
Baca juga: Bus Aglomerasi Beroperasi, Sopir Diharapkan Tak Lagi Ugal-ugalan
Dalam proses transformasi tersebut akan tercipta 70 juta kelas menengah baru. Bayangkan, angka itu sama dengan menciptakan tiga negara Australia baru!
Hari-hari ini Baleg DPR bersama pemerintah sedang dalam pembahasan UU untuk mengelola kompleksitas salah satu aglomerasi perkotaan terbesar dunia ini.
Namun saya melihat naskah akademik dan diskusi di DPR masih terlalu bertumpu pada pemikiran primat nya atau unggul nya kota Jakarta semata.