Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Ini, Kinerja Properti Global Diramal Masih Diwarnai Ketidakpastian

Kompas.com - 31/01/2024, 09:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono

Penulis

KOMPAS.com - Selama tahun 2023, kondisi sektor properti global belum memperlihatkan tanda-tanda pemulihan secara signifikan.

Setidaknya, hal tersebut terlihat dari perkembangan harga properti global yang tidak mengalami pertumbuhan signifikan.

Bahkan, harga riil properti global masih dalam zona pertumbuhan negatif selama 2023.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip menyampaikan, rendahnya pertumbuhan harga properti global tersebut mencerminkan bahwa permintaan terhadap properti global masih rendah.

"Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja ekonomi global yang memang tidak mengalami pertumbuhan secara signifikan selama 2023," ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip pada Rabu (31/01/2024).

Untuk tahun 2024, Sunarsip melihat bahwa prospek sektor properti global diperkirakan masih diwarnai ketidakpastian, seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang masih berjalan lambat.

Sejumlah lembaga internasional, seperti IMF dan World Bank serta lembaga lainnya telah mempublikasikan outlook-nya pada tahun 2024.

Hasilnya, sebagian besar memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2024 lebih rendah dibanding tahun 2023.

"IMF misalnya, pada 30 Oktober 2023, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 mencapai 2,9 persen, lebih rendah dengan perkiraan tahun 2023 yang mencapai 3,0 persen," tandasnya.

Baca juga: Sektor Properti di IKN Diprediksi Baru Tumbuh 5 Tahun Lagi

Perlambatan pertumbuhan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.

Seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang melambat, diperkirakan hal tersebut akan mempengaruhi kinerja sektor properti.

Bahkan di China, kinerja sektor properti yang buruk akibat berbagai kasus kebangkrutan yang menimpa beberapa korporasi besar di bidang properti dalam beberapa tahun terakhir ini justru menjadi sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Perlambatan pertumbuhan dalam investasi properti telah berdampak pada seluruh perekonomian, sehingga menurunkan investasi di berbagai sektor.

"Hal ini terjadi karena kuatnya keterkaitan ke belakang (backward linkage) sektor properti dengan sektor ekonomi lainnya, terutama manufaktur bahan konstruksi, produk logam dan mineral, mesin dan peralatan, dan lain-lain," terangnya.

Sunarsip melihat bahwa pemulihan sektor properti di China diperkirakan memang akan terjadi pada tahun ini, namun terbatas.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com