Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Pencakar Langit di Jepang Tetap Kokoh meski Dihantam Gempa

Kompas.com - 03/01/2024, 05:30 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber BBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Jepang merupakan salah satu negara di dunia yang paling rentan dihantam bencana gempa bumi dan tsunami.

Hal ini lantaran Jepang berada di jalur Cincin Api Pasifik, yang merupakan sabuk gempa paling aktif di dunia.

Walau banyak bangunan yang roboh serta jalan raya yang retak, namun gedung tinggi di Tokyo, Osaka, dan Yokohama tetap kokoh berdiri pasca dilanda gempa.

Insinyur struktur dan profesor di Universitas Tokyo Jun Sato mengatakan, semua bangunan, bahkan bangunan kecil atau bangunan sementara harus dirancang tahan terhadap gempa bumi.

Seperti dikutip dari BBC, ada dua tingkat ketahanan utama yang harus dicapai oleh para pembuat gedung di Jepang.

Baca juga: Pakai LRB, Jembatan Pandansimo di Pansela DIY Dirancang Tahan Gempa

Pertama adalah ketahanan terhadap gempa yang lebih kecil, yakni jenis gempa yang mungkin terjadi tiga atau empat kali dalam masa pakai bangunan di Jepang.

Bangunan tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari gempa bumi tanpa cedera.

Tingkat ketahanan kedua adalah bangunan yang dapat menahan gempa bumi ekstrem, yang jarang terjadi.

Gempa bumi yang menjadi rujukan adalah gempa besar Kanto pada tahun 1923 dengan kekuatan 7,9 skala richter (SR). Saat gempa terjadi, Tokyo dan Yokohama hancur serta menewaskan lebih dari 140.000 orang.

Untuk gempa bumi yang berkekuatan lebih besar dari standar tersebut, menjaga bangunan secara sempurna bukan lagi tujuan utama. Segala kerusakan yang tidak menimbulkan korban manusia itulah yang menjadi target.

Baca juga: Hadi Tjahjanto Sebut Pentingnya Pemda Punya RDTR Mitigasi Gempa

Cara meredam kerusakan akibat gempa

Untuk menahan kekuatan gempa yang luar biasa, bangunan harus menyerap energi seismik sebanyak mungkin.

“Jika struktur dapat menyerap seluruh energi [dari gempa], maka struktur tersebut tidak akan runtuh,” kata Jun.

Dalam setiap proses konstruksi, bangunan di Jepang akan dilengkapi dengan bantalan atau peredam kejut.

Bentuk bantal tersebut seperti balok karet setebal 30-50 cm. Saat pemasangan tiang-tiang bangunan sampai ke pondasi, tiang-tiang tersebut bertumpu pada bantalan karet tersebut.

Adaptasi pada bagian dasar bangunan merupakan salah satu cara utama agar bangunan dapat tahan terhadap gempa.

Namun peredam gerakan di sepanjang ketinggian bangunan juga dapat meningkatkan ketahanan bangunan.

Baca juga: Pakai LRB, Jembatan Pandansimo di Pansela DIY Dirancang Tahan Gempa

Spesialis Seismik di Universitas College London Ziggy Lubkowski mengatakan, sebuah gedung tinggi mungkin akan bergerak sejauh 1,5 meter saat gempa.

“Jika Anda memasang peredam pada tingkat tertentu, Anda dapat mengurangi gerakan tersebut sehingga mencegah kerusakan pada bangunan bagian atas,” kata Ziggy.

Perangkat kompleks untuk menyerap energi gempa dan meredakan guncangan bukanlah satu-satunya cara untuk membuat bangunan tahan terhadap gempa.

Metode lain yang bisa dilakukan adalah soal tata letak dan desain bangunan itu sendiri.

“Jika setiap lantai memiliki ketinggian yang sama dan semua kolom berada pada jarak yang sama, bangunan akan bekerja lebih baik saat terjadi gempa,” papar Ziggy.

Lakukan Kolaborasi

Namun sayangnya, para perancang gedung pencakar langit enggan melakukan kompromi semacam itu. Hal ini membuat adanya perbedaan visi antara arsitek dengan ahli bangunan.

Baca juga: Beres Dibangun, 351 Unit Hunian bagi Warga Terdampak Gempa Cianjur

Meski pertentangan antara arsitek dan para ahli bangunan kerap terjadi, namun untungnya di Jepang, para arsitek juga dididik tentang gempa bumi, sehingga mereka bisa berkolaborasi dengan lebih fleksibel.

Menara Skytree di Tokyo contohnya merupakan struktur yang dibangun dengan gaya 'neofuturistik' dan menggabungkan beberapa elemen pagoda tradisional Jepang,.

Pada bagian pilar tengah gedung, dipasangi beberapa peredam seismik sehingga dapat menyerap energi gempa.

Untuk meredam kerusakan bangunan karena dihantam gempa, Jun berupaya mengembangkan berbagai solusi teknik seismik yang fungsional dan elegan.

Salah satunya adalah penggunaan struktur jaring untuk membantu mencegah tekuk penyangga pada bangunan.

Jika salah satu bagian gedung tertekuk, ada jaring yang bisa membantu menghentikan pembengkokan dan mendistribusikan penyerapan energi.

Menciptakan bangunan tahan gempa tidaklah statis. Teknologi terus berkembang pesat sehingga dampatk kerusakan bangunan ketika gempa bisa diminimalkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com