Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mark Hughes: Sebelum Diaspal Ulang, Sirkuit Mandalika Tak Menerapkan Campuran Aspal dengan Benar

Kompas.com - 01/04/2022, 20:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aspal di lintasan Sirkuit Internasional Mandalika sempat mendapat sorotan publik lantaran terkelupas usai berlangsungnya tes pra-musim MotoGP Mandalika 2022, pada bulan Februari lalu.

Meski telah dilakukan pengaspalan ulang untuk memperbaiki performa lintasan, namun hal ini harus menjadi catatan agar pekerjaan konstruksi sirkuit di Indonesia lebih diperhatikan.

Desainer lintasan Sirkuit Mandalika Mark Hughes mengungkapkan, adanya pengelupasan di area sirkuit disebabkan karena campuran aspal yang tidak diterapkan dengan benar.

Menurut Mark yang juga menjabat sebagai Managing Director Mrk1 Consulting, salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan lintasan balap adalah soal desain aspal yang digunakan.

Baca juga: Dibuat sejak Tahun 2017, Begini Sketsa Asli Lintasan Sirkuit Mandalika

Pihak kontraktor akan memberikan informasi tentang material yang tersedia dan Mrk1 Consulting bekerjasama untuk menciptakan sirkuit yang tahan lama, memiliki karakteristik pengereman yang baik, dan harus dibangun dengan tingkat toleransi yang tepat.

“Sayangnya desain campuran aspal yang asli tidak diterapkan dengan benar. Itulah sebabnya kembali dilakukan pelapisan ulang,” ujar Mark dalam wawancara bersama Kompas.com, Jumat (1/4/2022).

Dikatakan Mark, lintasan balap harus bertahan setidaknya 10 tahun atau bisa berumur lebih panjang jika dibangun dengan benar.

Pekerjaan tanah di bawah lintasan sama pentingnya dengan lapisan aspal sehingga bila dikombinasikan dengan baik, bisa menciptakan sirkuit yang stabil dan membutuhkan perawatan minimum.

Namun menurut Mark, bila desain aspal yang asli belum diterapkan dengan baik berarti pekerjaan pelapisan ulang yang signifikan diperlukan.

Baca juga: Tak Hanya Sirkuit Mandalika, Tiga Ruas Jalan Ini Juga Gunakan Aspal Berteknologi SMA

“Jika pelapisan ulang memakai campuran dan menggunakan metodologi yang benar, ada kontrol kualitas serta menggunakan bahan dan mesin terbaik, maka lintasan di Mandalika akan bertahan lebih dari sepuluh tahun,” tambahnya.

MRK1 Consulting sendiri merupakan konsultan venue balapan motor yang berkantor pusat di Bahrain.

MRK1 telah didirikan sejak tahun 2013 dan turut ambil andil dalam pembangunan beberapa sirkuit kelas dunia seperti Sirkuit Buriram di Thailand dan Sirkuit Zhejiang di China.

Sudah Sesuai Standar

Sementara itu, PT PP (Persero) Tbk selaku kontraktor pelaksana yang menangani proyek pengaspalan Sirkuit Mandalika mengatakan, seluruh proses pekerjaan telah sesuai dengan standar dari FIM dan Dorna.

“Kita menerapkan semua standar yang ditetapkan oleh FIM dan Dorna. Dalam setiap tahapan proses pengerjaannya dilakukan dalam pengawasan dan izin ketat dari konsultan,” ujar Sekretaris Perusahaan PT PP (Persero) Tbk Yuyus Juarsa saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/4/2022).

Menurut Yuyus dalam dua event yang telah berlangsung di Sirkuit Mandalika, homologasi sudah dikeluarkan oleh FIM.

“Bila homologasi sudah dikeluarkan artinya kita sudah lulus standar internasional dan layak untuk mengadakan event MotoGP,” tandasnya.

Sebagai informasi, teknologi aspal yang digunakan adalah Stone Mastic Asphalt (SMA), yang merupakan campuran aspal untuk melapisi permukaan atas lintasan.

SMA adalah campuran jenis aspal dengan open graded. Artinya kehalusan yang diberikan oleh aspal tidak kontinu seperti pada hot mix asphalt.

Tujuannya untuk memperkuat struktur lapisan permukaan dengan prinsip kontak stone by stone

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com