Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/10/2021, 11:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Desain rumah pasca-pandemi Covid-19 adalah yang mampu mengakomodasi adaptasi kebiasaan baru, dengan penekanan pada unsur kemanan dan kesehatan penghuninya.

Sekjen Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ariko Andikabina mengatakan, desain rumah juga sebaiknya disesuaikan dengan gaya hidup setiap generasi.

Apalagi adanya pandemi Covid-19, semua aspek kehidupan masyarakat berubah drastis, termasuk elemen yang menunjang kebutuhan hidupnya sehari-hari.

"Kalau berbicara protokol, dulunya kita hanya mengenal keamanan, tapi sekarang ada kesehatan, dan ini menjadi penting saat ini," kata Ariko dalam diskusi virtual Indonesia Housing Forum, Kamis (14/10/2021).

Baca juga: Ingin Rumah Anda Asri? Contohlah Desain Ini...

Lantas bagiamana desain perumahan pasca-pandemi yang bisa membantu kesehatan tubuh dan bakal ngetren?

Menurut Ariko, hal paling penting yakni sirkulasi udara, yang meminimalkan penghawaan secara mekanis menggunakan AC.

Jika hanya mengandalkan AC, udara yang berputar-putar di situ saja, yang justru dianggap tidak sehat.

Inilah yang menjadikan pentingnya rumah yang bernapas. Karena secara fisik, rumah tidak harus selamanya mengandalkan penghawaan buatan.

Ariko lantas mengutip Leonardo Davinci "simplicity is the ultimate sophistication," yakni kesederhanaan adalah kecanggihan yang luar biasa.

Hal itu karena sering kali orang pada umumnya berusaha berpikir canggih, tetapi justru akhirnya yang dipikirkan hanya alat dan teknologi.

Baca juga: Seperti Apa Desain Kantor Modern Masa Depan yang Sehat?

"Padahal, kita tidak perlu alat pembunuh kuman jika udaranya lewat saja. Tidak khawatir menghirup udara orang lain di ruangan yang sama," terangnya.

Ariko juga menyinggung kondisi keterbatasan lahan di Jakarta. Akibat okupasi lahan yang sebelumnya ruang produktif hijau.

Oleh sebab itu, dia menilai para arsitek perlu meninjau kembali desain rumah. Tentunya dengan mengacu pada kebiasaan baru setiap generasi atau individu.

"Kebiasaan itu selalu berbuah, antar-generasi itu ada perbedaan. Tapi cara merancang tidak berubah, karena masih berbasis pada biasanya," ujarnya.

Menurut dia, arsitek bisa memanfaatkan lahan yang minim untuk dibangun rumah, tanpa mengabaikan desain sirkulasi udara, cahaya, hingga ruang terbuka hijau di area sekitar.

Lebih jauh, di suatu perumahan juga dimungkinkan para penghuni memiliki hal yang sama atau bersifat publik.

Hal ini termasuk dalam inovasi menyiasati minimnya lahan, terutama di perkotaan.

"Bisa saja kita punya suatu tempat yang shared. Misalnya garasi itu tidak penting di setiap rumah ada, Jepang kan seperti itu, akhirnya parking space itu shared," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com