Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perluas Penggunaan Energi Surya, Masyarakat Berpenghasilan Rendah Harus Disubsidi

Kompas.com - 18/09/2021, 09:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini, bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara digunakan sebagai sumber bahan bakar dalam produksi listrik.

Padahal hasil pembakaran bahan-bahan ini melepaskan gas-gas rumah kaca ke atmosfer sehingga memicu terjadinya pemanasan global.

Banyak alternatif lainya yang bisa digunakan untuk mengurangi penggunakan bahan bakar fosil. Salah satunya adalah tenaga surya atau tenaga matahari.

Selain lebih ramah lingkungan, sinar matahari juga bisa didapatkan secara cuma-cuma terutama di negara tropis seperti Indonesia.

Baca juga: Terkait PLTS Atap di Segmen Rumah Sederhana, Ini Usulan REI

Melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), energi matahari pun bisa langsung dikonversi menjadi listrik untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun perkantoran.

Sayangnya, minat masyarakat akan penggunaan PLTS masih rendah. Alasan utamanya karena panel solar dipatok dengan harga mahal, sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan listrik secara konvensional.

Untuk mewujudkan lingkungan masyarakat yang lebih ramah lingkungan, tentu harus ada intervensi dari pihak pemerintah. Salah satunya dengan memberikan subsidi PLTS pada rumah-rumah bersubsidi.

International and Government Relations Director Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia) Tiyok Prasetyo Adi dalam wawacaranya bersama Kompas.com, Rabu (15/9/2021) mengatakan pemberian subsidi PLTS bisa menjadi bagian dari subsidi rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Baca juga: Harus Nombok, REI Mengaku PLTS Atap Sulit Diterapkan di Rumah Subsidi

“Lewat rumah subsidi seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), pemerintah juga bisa memberikan subsidi berupa pemasangan panel surya. Tentu ini akan berdampak baik dalam jangka panjang,” jelas Tiyok.

Menurutnya penggunaan panel surya di Indonesia masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya.

“Jika kita bandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam atau Singapura, kita tertinggal jauh. Karena di sana, mereka sudah mengarah ke green production,” tambah Tiyok.

Pemasangan awal PLTS memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan listrik konvensional. Namun, untuk jangka panjang biaya operasional listrik akan menurun drastis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com