Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Negara Terburuk Bagi Para Digital Nomad, Uni Emirat Arab Urutan Pertama

Kompas.com - 21/05/2021, 16:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Forbes

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat digital nomad marak dilakukan oleh para pekerja profesional di dunia.

Seorang digital nomad bekerja secara digital atau menggunakan perangkat online dari tempat mana pun yang mereka pilih sendiri.

Lebih dari itu, mereka juga bekerja berpindah tempat sambil melakukan gaya hidup mereka.

Misalnya bekerja sambil menikmati pantai, gunung dan keindahan alam lainnya dan bahkan bekerja dari restoran dengan makanan terenak di dunia.

Laporan asuransi perjalanan InsureMyTrip yang dikutip Forbes menemukan negara-negara yang tidak cocok dan layak dijadikan sebagai tujuan bagi pada digital nomad.

Baca juga: 10 Negara Terbaik untuk Para Digital Nomad

Survei ini didasarkan pada tujuh indikator penilaiaan yakni akses dan kecepatan internet, biaya sewa apartemen, kesulitan bahasa, keterbukaan terhadap digital nomads, biaya dan akses ke visa kerja dan lama visa kerja jarak jauh.

Berdasarkan kategori ini, InsureMyTrip melaporkan, Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara dengan skor terendah untuk digital nomad dengan skor hanya mencapai 4,13 dari skor tertinggi 10.

UEA menerima skor terendah untuk kategori 'kesulitan bahasa' dan untuk jangka pendek visa kerja jarak jauh dengan skor hanya 1,95.

Namun, UEA mendapat nilai bagus untuk biaya visa dengan skor 8,57 yang secara signifikan lebih murah daripada negara yang lebih mahal seperti Antigua dan Barbados.

Sementara Georgia dikritik karena skor kebahagiaan yang rendah, kecepatan internet, dan penerimaan pengembara.

Saat ini, digital nomad seringkali dinilai sebagai ide tentang kebebasan. Di mana pekerjaan, gaya hidup dan waktu luang sangat mencair dan dapat dilakukan dalam waktu bersamaan.

Baca juga: Merespons Program “Work From Bali”, Pengembang Siap Sambut Digital Nomad

Meski demikian pada praktiknya tidak banyak perusahaan yang berani menerapkan cara kerja seperti ini kepada karyawannya di perusahaan.

Selain itu, untuk melakukan digital nomad juga memerlukan biaya, dan kesiplinan yang sangat tinggi.

Terlepas dari tantangan gaya hidup ini, digital nomading kemungkinan akan kembali tumbuh seiring pandemi mereda.

MBO Partners, dalam laporan terbaru mereka, menemukan ada 10,9 juta digital nomad, naik dari hanya 7,6 juta pada 2019.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com