Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pembangunan Rusun Dikritik, Desainnya Monoton dan Membosankan

Anggota komunitas gedung pencakar langit Skyscraper City Indonesia (SSCI) Nanda Arief mengungkapkan keresahannya terkait desain gedung rusun yang dinilainya "standar" dengan bentuk kotak, dan membosankan.

Dia menilai, tahun 2021 seharusnya rusun-rusun dirancang mengadopsi perkembangan zaman, kontemporer, modern, dan estetik, serta memanjakan mata.

Seperti rusun di negara-negara tetangga, katakanlah Singapura, yang meskipun kotak, namun elemen fasad, dan eksteriornya modern-kontemporer.

"Sementara di Indonesia, ini standar banget, padahal sudah tahun 2021 lho," kata Nanda.

Menurut Nanda, rusun harus dirancang lebih menarik, baik fasad, maupun fasilitasnya, agar banyak orang mau tinggal di dalamnya.

Hal ini juga yang menjadi perhatian arsitek Anggota Dewan Arsitek Indonesia (DAI) Bambang Eryudhawan.

Yudha, sapaan akrabnya, mengatakan, desain rusun di Indonesia tidak menarik dan monoton karena dibangun tergesa-gesa, demi memenuhi kebutuhan rumah masyarakat.

"Indonesia ini tertinggal dalam kepemilikan rumah, jadi bagaimana secara cepat memenuhi kebutuhan itu," kata Yudha menjawab Kompas.com, Senin (25/10/2021).

Makanya yang lebih diutamakan adalah kebutuhan dasarnya dulu seperti luasan unit, sehingga desain dan estetika itu jadi nomor sekian.

"Kebanyakan rusun itu kan rancang bangun, jadi langsung dibangun sama kontraktor yang pegang," imbuh dia.

Padahal, semestinya, dalam membangun rusun, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) harus melibatkan arsitek.

Menurut Yudha, pelibatan arsitek ini tercantum Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2021 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

"Ya seharusnya rusun itu dirancang oleh arsitek. Karena itu kan ada regulasinya bahwa perancangan pembangunan gedung itu harusnya melibatkan arsitek. Dan rusun itu bagian dari bangunan gedung," kata Yudha.

Yudha menjelaskan, keterlibatan arsitek ini dapat menciptakan nilai tambah pada suatu bangunan. Termasuk bagaimana membuat agar desain rusun tidak terlihat tipikal dan membosankan.

Selain itu, arsitek juga dapat merancang rusun untuk bisa memiliki banyak fungsi dan ruang terbuka sehingga bisa memberikan kenyamanan bagi para penghuni.

Hanya, jika tidak bisa bermain dengan desain bentuk, harus dapat dicari cara lain agar rusun yang dibangun itu tetap kontemporer dan tidak seragam.

Yudha memahami pembangunan rusun ini merupakan upaya pemerintah dalam memenuhi backlog perumahan di Indonesia.

Karena besarnya kebutuhan akan rumah untuk masyarakat, sehingga ketersediaan unit tentu jauh lebih diprioritaskan dibandingkan estetika dan desain bangunan.

Ruang terbuka

Salah satu unsur penting dalam pembangunan rusun adalah ruang terbuka yang memadai. Kehadiran ruang terbuka ini untuk menyiasati dan sebagai penyeimbang dari seragamnya desain bangunan.

Ruang terbuka menjadi tempat di mana sesama penghuni dapat berinteraksi sekaligus melakukan aktivitasnya di luar rumah.

"Kehadian ruang terbuka, ruang bersama itu sangat penting. Terkadang kita menemukan rusun tapi ruang berkumpulnya itu terbatas. Terlebih bagi penghuni yang punya anak balita, mereka juga butuh ruang bermain anak," urai Yudha.

Selain itu, dalam membangun rusun, pemerintah juga dapat berinovasi dengan menyediakan lahan pertanian kota alias urban farming.

Hal ini memungkinkan penghuni rusun bisa melakukan aktivitas seperti bercocok tanam, merawat tumbuhan dan yang lainnya.

"Jadi anak-anak di rumah susun itu juga harus dipastikan bahwa mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik," pungkasnya.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/10/26/060000221/pembangunan-rusun-dikritik-desainnya-monoton-dan-membosankan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke