Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/12/2021, 09:14 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Cabai keriting adalah salah satu varietas cabai yang populer dan paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Banyak orang pun menanam cabai di rumah untuk memenuhi konsumsi sehari-hari.

Saat menanam cabai di rumah, Anda juga perlu mewaspadai kemunculan hama dan penyakit tanaman. Sebab, hama dan penyakit bisa merusak hingga membuat tanaman cabai mati.

Dilansir dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Sabtu (11/12/2021), berikut beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman cabai keriting, serta cara menanganinya. 

Baca juga: Cara Mengusir Tikus di Rumah Menggunakan Bubuk Cabai Merah

Ilustrasi hama kutu daun pada tanaman. SHUTTERSTOCK/VERA LARINA Ilustrasi hama kutu daun pada tanaman.

1. Kutu daun

Kutu daun yang sering menyerang cabai adalah jenis Aphids sp. dan Myzus persicae. Hama ini akan mengisap cairan dalam daun sampai habis.

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda.

Daun yang diserang akan mengerut, mengeriting, dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun madu.

Embun madu menarik datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah.

Baca juga: Simak, 8 Tips Menanam Cabai Saat Musim Hujan

Secara teknis, daun yeng terserang dipetik dan musnahkan. Hindari menanam cabai yang berdekatan dengan tanaman semangka, melon dan kacang panjang.

Perhatikan juga kebersihan kebun. Penggunaan mulsa perak juga cukup efektif untuk mengendalikan hama ini.

 

Untuk pengendalian hama secara kimiawi, gunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil, atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari.

Ilustrasi tanaman cabai yang terserang hama Thrips.SHUTTERSTOCK/ANNA RAJITVILAI Ilustrasi tanaman cabai yang terserang hama Thrips.

2. Thrips

Ciri-ciri dari tanaman cabai yang terserang trips (Thrips parvipinus) adalah pada daunnya akan terlihat garis-garis keperakan, terdapat bercak-bercak kuning hingga kecokelatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila dibiarkan, daun akan kering dan mati.

Baca juga: Panduan Pemupukan Tanaman Cabai Merah agar Buahnya Melimpah

Serangan trips biasanya parah pada musim kemarau. Hama ini juga berperan sebagai pembawa virus dan mudah sekali menyebar.

Pengendalian hama thrips dapat dilakukan dengan memanfaatkan predator alami hama ini, seperti kumbang dan kepik. Pemakaian mulsa perak dan menjaga kebersihan kebun efektif menekan perkembangannya.

Selain itu, rotasi tanaman membantu mengendalikan hama jenis ini.

Penyemprotan insektisida juga dapat dilakukan bila serangan meluas. Gunakan insektisida yang berbahan aktif fipronil dan lakukan pada sore hari.

Baca juga: Trik Menanam Cabai pada Musim Hujan agar Bebas Penyakit Antraknosa

3. Lalat buah

Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah.

Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena aktivitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di dalam buah cabai.

Larva yang terdapat di dalam buah menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun.

 

Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh cendawan, sehingga buah yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.

Baca juga: Mengenal Virus Kuning pada Tanaman Cabai dan Cara Menanganinya

Ada beberapa cara mengendalikan hama ini, yakni musnahkan buah cabai yang terserang dan pembungkusan buah. Anda juga bisa menggunakan perangkap atraktan metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1 ml per perangkap.

Jumlah perangkap yang dibutuhkan 40 buah per hektare lahan. Perangkap dipasang pada saat tanaman berumur dua minggu sampai akhir panen dan atraktan diganti setiap dua minggu sekali.

Ilustrasi tanaman cabai yang terkena penyakit Cercospora leaf spot atau bercak daun.SHUTTERSTOCK/AMBNPHOTO Ilustrasi tanaman cabai yang terkena penyakit Cercospora leaf spot atau bercak daun.

4. Bercak daun (Cercospora sp.)

Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar. Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna cokelat pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci.

Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang.

Baca juga: Mengenal Hama Kutu Daun Persik pada Tanaman Cabai dan Cara Membasminya

Bercak daun mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu dan rontok. Penyakit bercak daun dapat menyerang tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua.

Serangan berat meyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah.

Musnahkan dan atau sisa-sisa tanaman yang terinfeksi atau terserang. Selain itu, tanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh patogen, baik di persemaian maupun di lahan.

Pengendalian kimia juga dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana, efektif dan terdaftar. 

Ilustrasi tanaman cabai yang terkena penyakit layu fusarium.SHUTTERSTOCK/HATTHAKON Ilustrasi tanaman cabai yang terkena penyakit layu fusarium.

5. Penyakit layu

Serangan penyakit layu sangat ditakuti karena sangat sulit dikendalikan. Penyakit layu ini bisa ditumbulkan oleh beragam penganggu tanaman seperti berbagai jenis cendawan dan bakteri.

Terdapat dua jenis penyakit layu, yaitu layu fusarium dan layu bakteri. Layu fusarium adalah penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp., Verticilium sp., dan Pellicularia sp.

Cendawan ini hidup di lingkungan yang masam. Layu fusarium dapat bersumber dari sisa tanaman sakit atau tanah, sementara penularan dapat melalui aliran air dan tanah. 

Baca juga: Simak, Panduan Pemberian Pupuk Tanaman Cabai

Beberapa pemicu perkembangan penyakit layu fusarium antara lain yanah berpasir, pupuk N (ZA) yang terlalu terlalu tinggi, kandungan unsur Mn dan Fe dalam tanah terlalu tinggi, kurang pupuk organik bokashi, tanah kekurangan calsium (Ca), dan jumlah nematoda yang tinggi.

Adapun layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Bakteri ini hidup di jaringan batang.

Penyakit ini bersumber dari tanah. Cara menular sama dengan layu fusarium.

Pemicu perkembangan penyakit layu bakteri dapat disebabkan oleh lahan yang terlalu basah, tanah terlalu liat, penggunaan pupuk N (urea) terlalu tinggi, populasi nematoda yang tinggi, atau sebelumnya lahan ditanami tembakau, terung, tomat, atau cabe yang pernah terserang.

Baca juga: 3 Penyakit yang Sering Menyerang Tanaman Cabai dan Cara Mengatasinya

Untuk menangani penyakit ini, tanaman yang layu dimusnahkan dan penggunaan fungisida secara bijaksana.

6. Penyakit virus kuning

Penyakit ini disebabkan oleh virus Gemini. Tanaman cabai yang terserang virus kuning tampak dari daun dan batangnya akan terlihat menguning.

Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyakit ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu, sementara sumbernya bisa dari gulma, atau tanaman sakit lainnya.

 

Pengendalian harus dilakukan sejak dini, dengan memilih benih unggul dan tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi vektornya, seperti kutu.

Baca juga: Simak, 4 Cara Membuat Pestisida Alami untuk Tanaman Cabai

Untuk menaikkan daya tahan tanaman cabai terhadap serangan virus kuning bisa dengan mengintensifkan pemupukan, misalnya penggunaan pupuk organik cair yang mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabai tumbuh subur sehingga lebih tahan terhadap patogen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com