JAKARTA, KOMPAS.com - Cabai merah adalah salah satu komoditas pertanian yang penting. Bahkan, pada periode tertentu, harga cabai bisa melonjak tinggi.
Namun demikian, pada waktu lain harga cabai bisa turun drastis. Hal ini membuat budidaya cabai merah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Kamis (18/11/2021), selain fluktiasi harga, budidaya cabai cukup rentan dengan kondisi cuaca dan serangan hama. Untuk meminimalkan risiko, biaya untuk budidaya cabai bisa dikatakan cukup tinggi.
Baca juga: Tidak Sulit, Begini Cara Mengatasi Penyakit Patek Cabai
Untuk Anda tertarik dengan komoditas pertanian ini, berikut cara budidaya cabai merah.
Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabai, di mana matahari bersinar penuh. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut.
Di dataran tinggi, cabai masih bisa tumbuh, namun produksinya tidak maksimal. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabai merah adalah antara 24-28 derajat celcius.
Pada suhu yang terlalu dingin di bawah 15 derajat celcius atau terlalu panas di atas 32 derajat celcius, pertumbuhan tanaman cabai akan terganggu. Cabai bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup.
Baca juga: Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang Tanaman Cabai, Apa Saja?
Curah hujan yang ideal adalah berkisar 800 hingga 2.000 mm per tahun dengan kelembapan 80 persen.
Ada dua jenis cabai merah yang dikenal luas, yakni cabai merah besar dan cabai merah keriting. Perbedaan kedua jenis cabai ini terlihat dari bentuk dan tekstur kulitnya.
Dari dua jenis itu, terdapat puluhan bahkan ratusan varietas, dari yang lokal hingga hibrida. Setiap varietas memiliki kekhasan tumbuh masing-masing.
Untuk memilih jenis mana yang akan dibudidayakan, sebaiknya pilih varietas yang paling cocok dengan lokasi budidaya cabai.