"Sikap eksternal dan tindakan militer China saat ini menghadirkan tantangan strategis yang belum pernah terjadi sebelumnya dan terbesar, tidak hanya bagi perdamaian dan keamanan Jepang tetapi juga bagi perdamaian dan stabilitas komunitas internasional pada umumnya," terang Kishida.
"Ukraina saat ini mungkin menjadi Asia Timur di masa depan," imbuh dia.
Selain itu, Jepang juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai aktivitas militer China di dekat pulau-pulaunya dan negara tetangga Taiwan.
Taiwan, yang diklaim oleh China sebagai wilayahnya, telah meningkatkan tingkat kewaspadaannya sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Khawatir akan kemungkinan Beijing melakukan tindakan serupa di pulau tersebut, meskipun negara tersebut melaporkan tidak ada tanda-tanda hal ini akan terjadi.
Untuk menekankan pentingnya Taiwan, Perwakilan Partai Republik Michael McCaul, ketua Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat, mengundang Perwakilan Taiwan ke Amerika Serikat, Alexander Yui, sebagai tamunya untuk pidato Kishida.
Konstitusi Jepang yang bersifat pasifis, yang diadopsi setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, melarang Jepang melancarkan perang atau mempertahankan sarana untuk berperang.
Baca juga: Lituania Bakal Pasok 3.000 Drone Tempur ke Ukraina
Namun pemerintahan berturut-turut telah mengabaikan pembatasan tersebut, dan rencana yang diumumkan pada akhir 2022 untuk memperkuat militer secara signifikan akan segera membuat Jepang menjadi negara dengan pembelanja militer terbesar ketiga di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.