Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Warga Nepal Tertipu Jual Ginjalnya, Kini Negara Hadapi Krisis Kesehatan Baru

Kompas.com - 01/04/2024, 12:59 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Sky News

KATHMANDU, KOMPAS.com - Pria Nepal bernama Kanchha dan Ram menjual ginjal mereka lantaran kebutuhan finansial. Kanchha merasa masih kesakitan dan tidak bisa bekerja karena efek samping operasi.

"Tidak mungkin menghitung berapa banyak yang telah melakukannya," katanya, sebagaimana diberitakan Sky News pada Senin (1/4/2024).

"Di mana-mana, di desa ini, di desa itu, begitu banyak orang yang menjual ginjalnya," tutur warga yang tinggal di kaki pegunungan Himalaya tersebut.

Baca juga: Banyak Anak Muda Nepal Bergabung jadi Tentara Rusia dan Ikut Melawan Ukraina

Untuk diketahui, Desa Hokse di Nepal memiliki sejarah yang unik dan sangat bermasalah. Desa itu dikenal sebagai Lembah Ginjal karena hampir setiap rumah tangga pernah menjual ginjalnya.

Para calo telah mengunjungi daerah tersebut selama bertahun-tahun, membujuk orang-orang untuk menyerahkan organnya, meskipun faktanya itu ilegal.

Penduduk setempat berusaha mati-matian untuk menghilangkan keburukan itu dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, mereka merasa ditipu dan dirugikan karenanya.

Ada yang mengatakan mereka dieksploitasi, ada pula yang menyatakan bahwa ginjal mereka akan tumbuh kembali. Ada pula yang meninggal akibat perbuatan yang dilakukan terhadap tubuh mereka.

Tragisnya, kemiskinan kembali memicu krisis kesehatan di Nepal, dan ginjal kembali menjadi jantungnya.

Baca juga: Nepal Desak Rusia Tak Lagi Rekrut Warganya Jadi Tentara

Semakin banyak warga Nepal yang memilih bekerja di luar negeri di negara-negara Teluk dan Malaysia untuk menghasilkan lebih banyak uang bagi keluarga mereka di kampung halaman. Namun, hal itu mempunyai bahaya tersendiri.

Pria-pria muda yang tadinya sehat kembali ke Nepal dan sangat membutuhkan transplantasi ginjal. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh paparan panas ekstrem dan dehidrasi parah.

Beberapa tahun yang lalu, Suman (31) sangat terpuruk secara finansial dan emosional sehingga ia mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya.

Dia merasa tidak punya pilihan selain pergi ke India untuk menjual ginjalnya kepada seorang wanita yang berpura-pura menjadi saudara perempuannya.

Itu adalah proses yang menyakitkan secara fisik yang telah melukainya. Dia dibayar 3.000 poundsterling (Rp 60 juta).

Baca juga: Hari Ini Tank Israel Mundur dari RS Al-Shifa

"Saya merasa lemah dan kehilangan kesadaran. Ketika saya bangun, rasanya sangat menyakitkan. Sekarang saya tidak bisa bekerja dan saya mencoba memberi tahu siapa pun agar tidak menjual ginjal mereka," tutur dia.

Suman tidak yakin apakah dokter tersebut mengetahui apa yang dilakukannya, tetapi hukum India jelas, donor harus memiliki hubungan keluarga dan mereka harus menunjukkan dokumen yang relevan.

Perdagangan organ masih menjadi perhatian utama di India. Hal ini dipicu oleh kesenjangan yang besar antara permintaan dan pasokan.

Kurangnya donor telah menimbulkan pasar gelap, di mana dokter dan rumah sakit termasuk di antara mereka yang terkena investigasi terkait skema uang untuk ginjal.

Namun, hal ini tidak hanya terjadi di India. Secara global, diperkirakan satu dari 10 organ transplantasi telah diperdagangkan.

"Para agen membuat dokumen palsu di Kathmandu, termasuk kartu identitas India," terang Kanchha, yang juga menjual ginjalnya di India.

"Ginjal saya diberikan kepada saudara perempuan palsu. Saya rasa dokter di India tahu saya telah menjualnya," jelas dia.

Baca juga: Warga Israel Demo Tuntut PM Netanyahu Mundur

Di Hokse, penduduk setempat, bersikeras tidak ada lagi yang menjual ginjal mereka, tetapi masih banyak yang mengambil risiko ekstrem untuk mencoba memperbaiki kehidupan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com