Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Intelijen AS: Tatanan Dunia Kian Rapuh, AS Bisa Terancam

Kompas.com - 12/03/2024, 12:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Badan-badan intelijen AS mengatakan bahwa AS menghadapi tatanan dunia yang semakin rapuh.

Hal ini dipengaruhi persaingan kekuatan besar, tantangan transnasional, dan konflik regional.

Pernyataan ini tercantum dalam sebuah laporan yang dirilis saat para pemimpin badan tersebut memberikan kesaksian di Kongres.

Baca juga: Kapal Militer AS Bangun Pelabuhan Terapung di Lepas Pantai Gaza

"China yang ambisius namun cemas, Rusia yang konfrontatif, beberapa kekuatan regional, seperti Iran, dan aktor-aktor non-negara yang lebih cakap menantang peraturan lama sistem internasional serta keunggulan AS di dalamnya,” kata badan-badan tersebut dalam Laporan Tahunan 2024, dikutip dari Reuters.

Laporan tersebut sebagian besar berfokus pada ancaman dari China dan Rusia, yang merupakan rival terbesar Amerika Serikat, lebih dari dua tahun setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.

Laporan juga mencatat risiko konflik yang lebih luas terkait dengan kampanye Israel melawan Hamas di Gaza sejak serangan 7 Oktober.

China memberikan bantuan ekonomi dan keamanan kepada Rusia ketika negara itu mengobarkan perang di Ukraina, dengan mendukung basis industri Rusia, kata laporan itu. 

Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa China dapat menggunakan teknologi untuk mencoba mempengaruhi pemilu AS tahun ini.

“China mungkin berupaya mempengaruhi pemilu AS pada tahun 2024 pada tingkat tertentu karena keinginannya untuk mengesampingkan kritik terhadap China dan memperbesar perpecahan masyarakat AS,” kata laporan itu.

Dalam kesaksiannya kepada Komite Intelijen Senat, Direktur Intelijen Nasional Avril Haines mendesak anggota parlemen untuk menyetujui lebih banyak bantuan militer untuk Ukraina. 

Baca juga: Militer AS, Inggris, dan Perancis Menembak Jatuh Drone Houthi

“Sulit membayangkan bagaimana Ukraina dapat mempertahankan wilayah yang telah direbutnya kembali dari Rusia tanpa bantuan lebih lanjut dari Washington," katanya.

Laporan ancaman tersebut mencatat bahwa perdagangan antara China dan Rusia telah meningkat sejak dimulainya perang Ukraina, dan ekspor barang Tiongkok yang berpotensi digunakan untuk keperluan militer meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 2022.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik Mike Johnson, sekutu mantan Presiden Donald Trump, sejauh ini menolak mengadakan pemungutan suara mengenai rancangan undang-undang yang akan memberikan tambahan 60 miliar dollar AS untuk Ukraina. 

Baca juga: Helikopter Militer AS Jatuh Saat Patroli Perbatasan, 3 Orang Tewas

Keputusan tersebut telah disetujui oleh Senat yang dikuasai Partai Demokrat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com