Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Iran Tutup Perbatasan Pakistan, Memicu Lebih Banyak Militansi

Kompas.com - 19/01/2024, 17:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Beberapa hari ini Iran dan Pakistan sedang bersitegang. Hal itu karena kedua negara tengah melancarkan serangannya.

Iran melancarkan serangan rudal dan drone terhadap apa yang mereka sebut sebagai sasaran “teroris” di Pakistan pada Selasa malam.

Namun, pada Kamis (18/1/2024), giliran Pakistan menyerang sasaran militan yang ada di Iran.

Baca juga: China Desak Iran-Pakistan Menahan Diri, Imbas Serangan Kedua Pihak

Aksi militer yang jarang terjadi di wilayah perbatasan Baluchistan yang rawan tersebut semakin memicu ketegangan regional yang sudah berkobar akibat perang Israel-Hamas.

Dikutip dari AFP pada Jumat (19/1/2024), Iran dan Pakistan sama-sama mengatakan bahwa mereka menyerang militan dalam negeri mereka sendiri yang berlindung di wilayah asing.

Akibat serangan tersebut merenggut nyawa warga sipil. Ada sembilan warga Iran tewas akibat serangan Pakistan.

Sedangkan warga Pakistan yang tewas akibat serangan Iran ada tujuh orang.

Sementara di desa-desa terpencil dan gersang terdapat aksi mogok kerja di distrik Panjgur, di mana sinyal seluler tidak tersedia.

"Helikopter terbang di atas kepala dan menuju ke arah serangan Iran, tapi kami tidak tahu apa yang terjadi," Maulana Mohammad Sadiq (42), pemimpin doa di sebuah seminari kecil yang berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi serangan rudal, kepada AFP pada hari Kamis.

Baca juga: 9 Orang Termasuk 4 Anak-anak Tewas dalam Serangan Pakistan di Iran

Penduduk desa khawatir bahwa memburuknya hubungan antara kedua belah pihak dapat menyebabkan penutupan perbatasan dan terputusnya perdagangan dengan Iran.

Padahal, perdagangan tersebut menjadi andalan penduduk setempat untuk mencari pekerjaan dan mengimpor makanan.

"Jika Iran menutup perbatasan, rakyatnya akan kelaparan dan hal ini akan menyebabkan lebih banyak militansi karena generasi muda akan bergabung dengan organisasi separatis," kata Haji Mohammad Islam (55).

Kelompok separatis Baluch telah melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun terhadap pemerintah Pakistan di wilayah yang sebagian besar tidak memiliki pemerintahan dan miskin.

Pemberontak itu berjuang untuk mendapatkan bagian sumber daya mineral yang lebih baik.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan tindakan keras yang dilakukan militer terhadap pemberontakan mencakup penghilangan paksa secara luas dan pembunuhan di luar proses hukum.

Baca juga: Pakistan Serang Tempat Persembunyian Militan di Iran

Kelompok militan juga meningkat tajam di sepanjang perbatasan Pakistan dengan Afghanistan, setelah Taliban kembali berkuasa di sana pada 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Global
Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Global
Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Global
[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

Global
ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com