Ketika Kanselir Jerman Olaf Scholz mengunjungi daerah banjir pada Malam Tahun Baru, dia disambut dengan kata-kata penuh kemarahan. Dia diteriaki "pembohong”, "pengkhianat”, dan "penjahat”.
Baca juga: 1,3 Juta Orang Dewasa Jerman Dilaporkan Kecanduan Judi
Yang juga merasa kecewa adalah para petani, yang subsidinya akan dipotong. Di seluruh Jerman, mereka memblokade jalan raya, datang dengan traktor dan tronton ke kota-kota untuk melakukan protes dan melumpuhkan lalu lintas.
Di wilayah utara, para petani yang marah, mungkin juga disusupi ekstremis ultra kanan, mencoba menyerbu kapal feri yang ditumpangi Wakil Kanselir dan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck (Partai Hijau) yang pulang dari liburan Natal.
Ada pemandangan dramatis yang sebelumnya hanya dilihat di bagian timur Jerman, di mana partai ultra kanan AfD menjadi sangat populer.
Selama pandemi corona, demonstrasi juga berulang kali dilancarkan di depan rumah pribadi sejumlah politisi.
Ursula Muench, Direktur Akademi Pendidikan Politik Tutzing, melihat hal serupa, meski tidak terlalu dramatis.
"Saya rasa kita tidak membicarakan perpecahan masyarakat menjadi dua bagian. Namun saya melihat bahwa wilayah periferal masyarakat semakin besar,” kata ilmuwan politik tersebut kepada DW.
Menteri Ekonomi Robert Habeck juga membicarakan hal ini dalam sebuah pernyataan video.
Muench mengatakan bahwa mereka yang "sebenarnya cenderung berbeda pendapatlah yang mengungkapkan ketidakpuasan yang kuat, yang mengadakan aksi protes.”
Untuk saat ini, kelompok tersebut adalah para petani dan serikat masinis kereta api. Keduanya adalah kelompok kepentingan yang kuat dan dapat melumpuhkan seluruh republik dengan tindakan dan aksi mogok mereka.
Bagi jurnalis Albrecht von Lucke dari majalah bulanan Blaetter fuer deutsche und internationale politik, protes para petani adalah contoh nyata bahwa "setiap kelompok hanya memperjuangkan dirinya sendiri".
Ursula Muench menjelaskan protes para petani ini. Di satu sisi secara finansial, subsidi harus dibatalkan dengan cepat, dan orang tidak punya waktu untuk melakukan persiapan secara memadai.
Para petani juga merasa diabaikan karena mereka dan asosiasinya tidak diajak bicara terlebih dahulu. "Anda merasa terpinggirkan dan tidak dianggap penting."
Siapa pun yang berbicara dengan petani sering kali mendengar jekuhan bahwa tekanan para mereka untuk melakukan reformasi sangat besar.
Selalu ada persyaratan baru untuk perlindungan iklim dan lingkungan, serta kesejahteraan hewan. Khususnya pertanian-pertanian skala kecil mengatakan bahwa mereka tidak diberi cukup waktu dan dana untuk melakukan perubahan.
Baca juga: Pro-Kontra Kerja 4 Hari Seminggu di Jerman