Sebaliknya, ia mencoba menormalisasi hubungan dengan negara-negara Arab lainnya dengan harapan dapat mengisolasi warga Palestina dan menekan mereka untuk menerima perjanjian yang tidak memenuhi impian kemerdekaan mereka.
Serangan Hamas, dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat menempatkan perang Israel-Hamas kembali menjadi pusat perhatian.
Perang tersebut kini menduduki puncak siaran berita di seluruh dunia, telah mendorong Menlu AS Antony Blinken melakukan empat kunjungan ke wilayah tersebut.
Bahkan karena serangan Israel terhadap rakyat Palestina mengakibatkan kasus genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional.
Saudi telah menghidupkan kembali kemungkinan menjalin hubungan dengan Israel, tetapi hanya jika hal ini mencakup pembentukan negara Palestina yang merdeka.
AS dan komunitas internasional menginginkan revitalisasi Otoritas Palestina untuk memerintah Gaza, dan mengambil langkah menuju solusi dua negara. Tetapi Israel keberatan.
Israel ingin mempertahankan kehadiran militer jangka panjang di Gaza. Namun AS tidak ingin Israel menduduki kembali wilayah tersebut.
Meski demikian, rekonstruksi akan memakan waktu bertahun-tahun. Tidak jelas siapa yang akan membayarnya. Dan dengan banyaknya rumah yang hancur, di mana orang akan tinggal selama proses yang panjang ini?
"Kehidupan kami 100 hari yang lalu sungguh luar biasa. Kami punya mobil dan rumah," kata Halima Abu Daqa, seorang wanita Palestina yang mengungsi dari rumahnya di Gaza selatan dan sekarang tinggal di tenda pengungsian.
Baca juga: Turkiye Mengebom 29 Target PKK dan YPG di Irak dan Suriah
Ia juga mengatakan bahwa saat ini telah kehilangan segalanya karena semua sudah tidak ada yang tersisa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.