Setelah itu, lebih dari 100 orang menandatangani surat kepada Putin yang meminta Putin menarik pulang keluarga mereka dari garis depan.
Pada September 2023, setahun setelah mobilisasi dimulai, anggota keluarga personel militer di banyak wilayah Rusia mulai menjadi sorotan pihak berwenang. Mereka menyuarakan kritik terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai "mobilisasi tanpa batas,” dan menyerukan agar tentara dirotasi.
Di Krasnoyarsk, Novosibirsk, St. Petersburg, dan Moskwa, pihak berwenang melarang perempuan mengadakan demonstrasi, di Chelyabinsk dan Nizhnevartovsk mereka berusaha meredam protes dengan janji untuk meneruskan tuntutan para pemrotes kepada otoritas di Moskwa.
Sejumlah perempuan memanfaatkan pawai tradisional Partai Komunis di monumen Karl Marx di Moskwa tanggal 7 November lalu untuk menggelar aksi tanpa menunggu izin. Foto-foto perempuan yang memegang plakat menyebar dengan cepat di jejaring sosial.
Tokoh oposisi Rusia Leonid Gosman meyakini protes tersebut adalah masalah rumit bagi Kremlin, dan dapat mengakibatkan perubahan politik di negara tersebut. Namun dia tidak berharap pihak berwenang akan menuruti tuntutan para perempuan, karena hal ini akan dianggap sebagai kelemahan pemerintah.
"Jika negara menuruti keinginan mereka, perempuan lain juga akan menuntut pengembalian suaminya. Jika tidak diikuti, tidak akan ada protes massal, tapi reputasi pemerintah pusat akan terus terpuruk,” kata Leonid Gosman.
Baca juga: Segini Banyak Jumlah Tentara Rusia yang Tewas di Ukraina Versi Analis
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Para Istri Tentara Rusia Tuntut Suami Mereka Dipulangkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.