Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain China, Kasus Pneumonia Anak Juga Menyebar di Belanda dan Denmark

Kompas.com - 04/12/2023, 09:33 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Kasus pneumonia pada anak juga muncul di Eropa ketika China menghadapi wabah pernapasan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.

Dikutip dari Independent pada Minggu (3/12/2023), Belanda dan Denmark melaporkan lonjakan kasus, sedangkan India, Taiwan, dan Vietnam mulai mengambil tindakan pencegahan.

Kementerian Kesehatan China mengatakan, kasus pneumonia pada anak ini disebabkan berbagai patogen yang sudah diketahui dan bukan virus baru.

Baca juga: Penyakit Mirip Influenza Menyebar di China Utara, WHO Minta Banyak Data

Ada peningkatan kasus terkait virus-virus seperti influenza, rhinovirus, virus pernapasan syncytial atau RSV, adenovirus, serta bakteri seperti mycoplasma pneumoniae, kata Kemenkes China.

Kementerian itu menambahkan, wabah ini mungkin terkait dengan mycoplasma pneumoniae yang juga dikenal sebagai “pneumonia berjalan”, yaitu infeksi bakteri umum yang biasanya menyerang anak-anak dan menyebar sejak Mei 2023.

Gejala pneumonia berjalan meliputi:

  • Sakit tenggorokan
  • Kelelahan
  • Batuk berkepanjangan yang bisa berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan permintaan resmi untuk data penyakit pernapasan dan melaporkan kasus pneumonia pada anak setelah kasus di China meningkat.

Baca juga: Wabah Pernapasan Kian Melonjak di China, Haruskah Dunia Khawatir?

Kasus pneumonia pada anak di Belanda dan Denmark

Ilustrasi pneumonia pada anak. Pneumonia bisa menjadi parah dan mengancam jiwa dalam beberapa kasus, seperti terjadi komplikasi atau tergolong populasi berisiko tinggi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi pneumonia pada anak. Pneumonia bisa menjadi parah dan mengancam jiwa dalam beberapa kasus, seperti terjadi komplikasi atau tergolong populasi berisiko tinggi.
Sebanyak dua negara di Eropa melaporkan kasus pneumonia pada anak, yaitu Belanda dan Denmark.

Di Belanda, jumlah anak usia 5-14 tahun yang menderita penyakit ini bertambah menjadi 130 per 100.000 anak dalam sepekan sampai 26 November 2023.

Saat memuncak tahun lalu, kasus terbanyaknya adalah 58 per 100.000 anak, menurut laporan Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL).

Dokter juga melihat lebih banyak kasus pneumonia pada kelompok anak muda berusia 15-24 tahun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada minggu ke-47 tahun 2023, jumlahnya meningkat jadi 38 per 100.000.

Namun, tidak diketahui apakah peningkatan kasus pneumonia di China ada hubungannya dengan lonjakan di "Negeri Kincir Angin".

Sementara itu, Statens Serum Institut (SSI) Denmark juga melaporkan peningkatan jumlah pasien pneumonia.

Kasusnya meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam lima minggu dari 168 menjadi 541.

Peneliti senior di SSI yaitu Hanne-Dorthe Emborg mengatakan, "Dalam lima minggu terakhir, jumlah kasus baru meningkat secara signifikan, dan kami sekarang melihat lebih banyak kasus dari biasanya, dan terdapat infeksi yang meluas di seluruh negeri”.

Baca juga: Ini Klaim China soal Penyebab Lonjakan Penyakit Pernapasan yang Jadi Sorotan Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com