Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Batasi Akses Aborsi dengan Alasan Perubahan Demografi

Kompas.com - 30/11/2023, 16:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia telah lama disebut-sebut sebagai negara yang menjunjung tinggi apa yang sering disebut Presiden Vladimir Putin sebagai nilai-nilai keluarga tradisional.

Majelis Federal Rusia telah menindak komunitas LGBTQ, mengesahkan undang-undang yang melarang operasi ganti kelamin dan melarang propaganda gay.

Kini kaum konservatif sosial memiliki target baru: hak-hak reproduksi.

Baca juga: Ikuti Finlandia, Estonia Akan Tutup Perbatasan dengan Rusia

Dilansir dari Al Jazeera, mengakhiri kehamilan adalah prosedur yang legal dan tersedia secara luas di Rusia.

Tetapi dalam beberapa minggu dan bulan terakhir, serentetan undang-undang baru muncul untuk membatasi akses aborsi di tengah kekhawatiran akan penurunan populasi lebih lanjut dan dorongan ke arah konservatisme.

Pada bulan Agustus dan November, dua wilayah Rusia, yakni Mordovia dan Tver, mengesahkan undang-undang yang menghukum siapa pun yang memaksa perempuan untuk melakukan aborsi.

Pada bulan Oktober, anggota parlemen menyetujui undang-undang yang membatasi akses terhadap obat aborsi, sebuah langkah yang juga dapat memengaruhi penjualan beberapa alat kontrasepsi.

Sementara itu, semua klinik kesehatan swasta di Krimea yang diduduki Rusia mengumumkan bahwa mereka akan berhenti memberikan layanan aborsi sama sekali, menurut outlet berita independen Meduza.

Konstantin Skorupsky, kepala Kementerian Kesehatan Krimea, dikutip oleh Meduza mengatakan bahwa para kepala klinik komersial didesak untuk berhenti menyediakan layanan aborsi sebagai cara untuk melakukan bagian mereka untuk memperbaiki situasi demografis di semenanjung yang diduduki Rusia.

Klinik-klinik swasta lainnya di Rusia juga telah membatasi layanan aborsi.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-644 Serangan Rusia ke Ukraina: Restu Turkiye untuk Swedia | Avdiivka Diberondong 1.000 Peluru

Para perempuan justru didorong untuk pergi ke klinik pemerintah, di mana waktu tunggunya lama.

Di klinik-klinik ini, ada laporan yang menyebutkan bahwa para staf menekan pasien untuk melanjutkan kehamilan mereka.

Di beberapa daerah, klinik pemerintah mengadakan "hari hening" anti-aborsi, saat prosedur ini tidak dilakukan.

Bagi para aktivis, tindakan keras ini tidak mengejutkan.

Baca juga: Rusia Tingkatkan Serangan ke Avdiivka Ukraina, Tembakkan 1.000 Peluru

Sejak tahun 1990-an, perempuan bisa menggugurkan kandungannya tanpa syarat hingga usia kandungan 12 minggu atau 22 minggu dengan berbagai alasan sosial, seperti perceraian, pengangguran, atau kurangnya pendapatan.

Daftar alasan tersebut telah dikurangi secara bertahap di bawah kepemimpinan Putin dan sejak 2012 hanya mencakup kasus pemerkosaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com