YERUSALEM, KOMPAS.com - Penyair dan penulis terkenal Palestina, Mosab Abu Toha, telah ditangkap oleh pasukan Israel ketika mencoba meninggalkan Gaza. Informasi ini didapat dari teman dan keluarganya.
Abu Toha telah diberitahu oleh para pejabat AS bahwa ia dan keluarganya akan dapat menyeberang ke Mesir, karena salah satu anaknya adalah seorang warga negara Amerika.
Mereka sedang dalam perjalanan dari utara ke selatan Gaza, menuju titik penyeberangan Rafah pada Minggu (19/11/2023), lalu kemudian ditangkap bersama dengan pria Palestina lainnya di sebuah pos pemeriksaan militer Israel.
Baca juga: Mengkaji Hambatan Historis yang Halangi Tercapainya Perjanjian Damai Israel-Palestina
"Tentara menangkap Mosab ketika dia tiba di pos pemeriksaan, berangkat dari utara ke selatan, seperti yang diperintahkan tentara. Kedutaan Besar Amerika mengirimnya dan keluarganya untuk pergi melalui penyeberangan Rafah," kata saudara laki-laki penyair itu, Hamza, di media sosial. "Kami tidak mendengar kabar apapun darinya."
Dilansir dari Guardian, teman Abu Toha, Diana Buttu, yang juga seorang pengacara Palestina-Kanada dan mantan juru bicara Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan bahwa putranya, yang lahir di Amerika, diizinkan untuk dievakuasi beberapa minggu yang lalu, tetapi nama Mosab tidak ada dalam daftar.
"Akhirnya, mereka mendapatkan namanya dan nama istrinya serta anak-anak lainnya dalam daftar, dan mereka menunggu untuk keluar ketika keadaan sudah aman," kata Buttu.
"Mereka mencoba mengungsi dari utara ke selatan ketika dihentikan di sebuah pos pemeriksaan dengan banyak orang lainnya. Mereka diperintahkan mengangkat tangan, menunjukkan bahwa mereka tidak membawa apa-apa. Mosab lalu diperintahkan menurunkan putranya dan kemudian tentara menangkapnya, bersama dengan banyak orang lainnya. Istrinya tidak pernah mendengar kabar darinya sejak saat itu," tambahnya.
Baik Departemen Luar Negeri AS maupun Pasukan Pertahanan Israel (IDF), tidak menanggapi permintaan komentar.
Abu Toha telah menulis di majalah New Yorker tentang pengalamannya di bawah pengeboman di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.
Kumpulan puisinya yang diterbitkan dalam bahasa Inggris di Amerika Serikat menjadi finalis penghargaan National Book Critics Circle dan memenangkan penghargaan American Book tahun ini.
Baca juga: 19 Januari 1809: Penyair Masyhur Edgar Allan Poe Lahir
"Dia adalah salah satu penulis kami yang paling produktif," kata Buttu. "Untuk dipublikasikan secara luas pada usia yang begitu muda dan mendapatkan semua penghargaan dan pujian untuk tulisannya, ini menunjukkan kepada Anda betapa hebatnya dia sebagai seorang penulis."
"Dia adalah seorang penyair yang luar biasa," kata Laura Albast, seorang jurnalis Palestina, editor dan teman Abu Toha.
"Puisi yang ditulisnya sangat mudah dipahami, tetapi juga merupakan representasi dari apa yang terjadi pada kami, menggambarkan bagaimana dia mengendarai sepeda untuk mencoba mencapai rumah ketika bom berjatuhan," tambahnya.
Abu Toha dan keluarganya mengungsi ke Jabalia, di mana mereka mendengar bahwa rumah mereka di Beit Lahia telah dibom. Dalam sebuah artikel di New Yorker yang diterbitkan pada tanggal 6 November, ia menggambarkan bersepeda ke rumah untuk mencoba menyelamatkan sesuatu dari koleksi buku kecilnya.
"Saya berharap setidaknya bisa menemukan salinan buku puisi saya, mungkin di dekat pohon zaitun milik tetangga saya, tapi tidak ada apa-apa selain puing-puing. Tidak ada apa-apa selain bau ledakan," tulisnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.