Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Korban Tewas di Gaza Capai 10.812 Orang, Netanyahu: Israel Berusaha Beri Masa Depan Lebih Baik

Kompas.com - 10/11/2023, 11:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

TEL AVIV, KOMPAS.com - Saat korban tewas di Gaza naik menjadi 10.812 orang, PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya tengah berusaha untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut.

Kepada Fox News, Netanyahu pada Kamis (9/11/2023) menegaskan bahwa Israel tidak berencana untuk memerintah maupun menduduki kembali wilayah Palestina itu.

"Kami tidak ingin memerintah Gaza. Kami tidak berusaha untuk mendudukinya, tetapi kami berusaha untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi Gaza," ujarnya.

Baca juga: PM Israel Sebut Negaranya Akan Ambil Alih Tanggung Jawab Keamanan Gaza Setelah Perang

Dia juga menyampaikan klaim bahwa Israel tidak sedang berusaha untuk menggusur siapa pun.

Dalam wawancara itu, Netanyahu kembali mengesampingkan gencatan senjata di Gaza, dengan mengatakan bahwa militer Israel telah bekerja dengan sangat baik.

"Gencatan senjata dengan Hamas berarti menyerah," katanya kepada Fox News, seraya menambahkan bahwa tidak ada "jadwal" untuk serangan militer.

"Saya pikir tentara Israel berkinerja sangat baik. Berapa lama pun waktu yang dibutuhkan, kami akan melakukannya," tambahnya, sebagaimana dikutip dari AFP.

Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah kelompok tersebut menyerbu melintasi perbatasan dari Gaza pada tanggal 7 Oktober. Menurut para pejabat Israel, serangan Hamas tersebut menewaskan 1.400 orang. Pasukan Hamas juga disebut menyandera sekitar 240 orang.

Sementara, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas pada Kamis menyebut, jumlah korban tewas serangan Israel menjadi 10.812 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil dan banyak di antaranya adalah anak-anak.

Baca juga: PM Israel Hukum Menteri yang Ancam Jatuhkan Bom Nuklir di Gaza

Mendorong rencananya untuk masa depan Gaza, Netanyahu mengatakan bahwa wilayah tersebut harus "didemiliterisasi, dideradikalisasi, dan dibangun kembali".

"Kita harus menemukan sebuah pemerintahan, sebuah pemerintahan sipil yang akan berada di sana," tambahnya, tanpa merinci siapa yang akan membentuk pemerintahan tersebut.

Dia mengatakan bahwa pasukan Israel harus tetap siap untuk masuk kembali ke Gaza untuk mencegah munculnya entitas seperti Hamas.

"Itulah yang akan mencegah munculnya kembali entitas seperti Hamas," jelas dia kepada Fox News.

Serangan 7 Oktober dan konflik yang terjadi setelahnya terjadi ketika Israel semakin dekat dengan kesepakatan damai dengan Arab Saudi.

Netanyahu telah bersikeras bahwa konflik ini tidak akan merusak momentum diplomatik dan bahwa kondisinya akan "matang" untuk melanjutkan negosiasi setelah Israel menghancurkan Hamas.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com