Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Memahami Dampak Aliansi Saudi-Tiongkok bagi Indonesia

Kompas.com - 17/07/2023, 11:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIONGKOK dan Arab Saudi kini membentuk sebuah aliansi setelah sebelumnya kedua negara itu mempererat kerja sama ekonomi dengan Iran.

Sebagai dua pemain berpengaruh di panggung dunia, kemitraan ekonomi ini berpotensi mengubah lanskap geopolitik Timur Tengah dan mengurangi dominasi Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Perubahan itu menciptakan peluang serta tantangan bagi Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana aliansi itu dapat memengaruhi Indonesia, baik dalam aspek ekonomi maupun politik, serta membahas bagaimana Indonesia dapat merespon untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko.

 Baca juga: Raja Salman Undang Presiden Iran Kunjungi Arab Saudi, Disambut dengan Baik

Kemunculan Tiongkok

Geopolitik seringkali merupakan arena yang penuh dengan dinamika kekuasaan. Sejak beberapa dekade terakhir, kawasan Timur Tengah telah bertransformasi menjadi lahan permainan kekuasaan negara-negara Barat, hampir serupa dengan papan catur yang diisi berbagai strategi dan taktik.

Namun, dengan munculnya Tiongkok sebagai kekuasaan global yang semakin kuat, lanskap ini berpotensi berubah. Yan Xuetong dalam bukunya Leadership and the Rise of Great Powers memaparkan bahwa Tiongkok sedang melangkah menuju dominasi global melalui kepemimpinan yang bertanggung jawab dan efektif, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Berbeda dengan AS dan Barat yang giat mempromosikan demokrasi liberal, Tiongkok bergerak maju dengan sistem sosialisme teknokratik. Wang Huning, tekonkrat dan akaemisi Fudan University menunjukkan, demokrasi dapat dipadukan dengan sosialisme, melalui pemerintahan dan birokrasi yang efisien untuk mencapai kemakmuran bersama.

Mungkin itulah kunci yang memungkinkan kerja sama antara Tiongkok dan Arab Saudi. Arab Saudi, yang ekonominya sangat bergantung pada sektor minyak dan gas, menyadari potensi diversifikasi ekonomi melalui jalur investasi bersama dengan Tiongkok.

Kesepakatan ekonomi senilai 10 miliar dolar AS yang dibuat kedua negara ini jelas akan meningkatkan perdagangan bilateral mereka, yang telah mencapai 430 miliar dolar pada 2022.

Langkah ini tentu tidak luput dari perhatian AS. Menteri Luar Negeri AS, Antony J Blinken, dalam kunjungannya ke Riyadh pada 8 Juni, menekankan bahwa AS tidak meminta Arab Saudi untuk memilih antara AS atau Tiongkok. Namun, misi Blinken adalah untuk memastikan AS tetap menjadi pilihan utama bagi kawasan tersebut.

Jawaban Menlu Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, menunjukkan bahwa Arab Saudi tetap tegas dalam penentuan pilihannya dan tidak akan dipaksa untuk memilih.

Untuk Indonesia, perubahan ini membawa peluang dan tantangan. Dalam konteks ekonomi, kemitraan Arab Saudi-Tiongkok dapat membuka peluang investasi baru bagi Indonesia, baik sebagai pasar atau sumber investasi.

Namun, dalam konteks politik, Indonesia perlu berhati-hati dalam menavigasi dinamika geopolitik baru ini. Menjadi sekutu dari baik Tiongkok maupun AS, Indonesia perlu mengadopsi strategi yang cerdas untuk mempertahankan hubungan baik dengan kedua belah pihak, sekaligus menjaga kepentingan nasionalnya.

Baca juga: Xi Jinping Tiba di Arab Saudi, Akan Bertemu Raja Salman dan Pangeran MBS

Indonesia harus mempertimbangkan dampak dari kemitraan Arab Saudi-Tiongkok terhadap stabilitas regional dan global. Jika sinergi ini berhasil meredupkan peran dominan AS di Timur Tengah, hal ini berpotensi memicu ketegangan baru jika Washington memilih untuk merespons dengan agresi.

Di sisi lain, jika kolaborasi itu berhasil menciptakan keseimbangan kekuasaan baru yang lebih damai dan stabil, hal ini dapat menjadi berkah bagi Indonesia dan dunia. Selain itu, Indonesia harus mempertimbangkan bagaimana perubahan ini akan memengaruhi hubungan dengan Arab Saudi.

Arab Saudi adalah negara yang penting bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun agama. Kemitraan Arab Saudi-Tiongkok mungkin dapat memberi Indonesia kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan Arab Saudi, baik melalui kerja sama ekonomi maupun diplomasi agama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com