Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Area Laut di Sekitar Bangkai Kapal Titanic Berbahaya

Kompas.com - 23/06/2023, 07:31 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Seiring berjalannya waktu, mikroba pemakan besi mulai menggerogoti besi yang ada di kapal dan membentuk pratikel karat berbentuk untaian es beku atau “rusticle“ yang mempercepat hancurnya kapal itu.

Bahkan, para ilmuwan mengestimasi tingginya aktivitas bakteri di buritan kapal – bagian yang mengalami kerusakan terparah – membuat kehancuran bagian kapal itu akan terjadi 40 tahun lebih cepat dibandingkan bagian haluan.

Aliran sedimen

Meskipun itu sangat tidak mungkin, aliran sedimen yang tiba-tiba muncul dari dasar laut dapat menghancurkan atau menghanyutkan barang buatan-manusia dari dasar laut.

Kejadian terbesar yang pernah tercatat adalah putusnya kabel transatlantik di dekat pesisir Newfoundland pada 1929 yang terjadi akibat insiden seismik seperti gempa bumi.

Risiko yang timbul dari risiko seperti itu mulai menumbuhkan perhatian publik, meskipun tidak ada indikasi bahwa kejadian serupa menyebabkan hilangnya kapal selam Titan milik OceanGate.

Selama beberapa tahun terakhir, para peneliti menemukan tanda-tanda bahwa dasar laut sekitar Titanic mengalami kelongsoran besar bawah laut di masa lalu.

Baca juga: Oksigen di Kapal Selam Wisata Titanic Sisa 20 Jam, Asal Suara Belum Jelas

Sedimen-sedimen dalam jumlah besar muncul dan bergerak turun lereng benua dari Newfoundland dan membentuk apa yang disebut saintis sebagai “koridor tidak stabil”.

Mereka mmemperkirakan kejadian “destruktif” terakhir yang pernah tercatat terjadi puluhan ribu tahun yang lalu, yang membentuk lapisan sedimen dengan ketebalan sampai 100 meter.

Tetapi kejadian alam seperti itu sangat jarang terjadi, kata David Piper, seorang ilmuwan yang meneliti geologi laut di Geological Survey of Canada. Ia telah menghabiskan beberapa tahun mempelajari dasar laut sekitar Titanic.

Ia membandingkan kejadian meledaknya Gunung Vesuvius atau Gunung Fuji sebagai contoh seberapa sering kejadian seperti itu dapat terjadi, yakni peluang terjadinya sekali dalam puluhan ribu hingga ratusan rabu tahun.

Kejadian lain dikenal dengan sebutan arus kekeruhan, di mana air dipenuhi sedimen dan mengalir turun lereng benua, lebih sering terjadi dan dapat dipicu oleh badai.

“Kami melihat interval pengulangan sampai bahkan 500 tahun,” kata Piper.

Namun topografi dari dasar laut di wilayah tersebut kemungkinan dapat mengarahkan aliran sedimen apapun menuju jurang yang disebut dengan Lembah Titanic.

Artinya, aliran sedimen tidak akan menyentuh bangkai kapal sama sekali.

Seiffert dan Piper sama-sama mengatakan tidak mungkin jika sebuah kejadian alam menyebabkan hilangnya kapal selam Titan.

Baca juga: Oksigen di Kapal Selam Wisata Titanic Sisa 20 Jam, Asal Suara Belum Jelas

Adapun beberapa faktor geologi yang belum sepenuhnya diteliti. Dalam ekspedisi ke Titanic sebelumnya dengan OceanGate, Paul-Henry Nargeolet -mantan penyelam Angkatan Laut Prancis dan pilot kapal selam- mengunjungi titik misterius yang dia tangkap dengan sonar pada 1996.

Ternyata titik itu adalah karang berbatu yang tertutup biota laut. Dia berharap dapat mengunjungi titik lain yang dia temukan dekat bangkai kapal Titanic dalam ekspedisi-ekspedisi ke depan.

Sementara misi pencarian kapal selam hilang itu masih belangsung, ada beberapa petunjuk yang dapat menjelaskan apa yang terjadi pada Titan dan para penumpangnya.

Namun, dalam lingkungan yang penuh tantangan dan tidak ramah pengunjung, tingkat bahaya dari mengunjungi bangkai kapal Titanic di masa sekarang sama besarnya saat 1986, ketika kelompok penjelajah pertama kali menemukan bangkai kapal tenggelam itu di kedalaman laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com