Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Area Laut di Sekitar Bangkai Kapal Titanic Berbahaya

Kompas.com - 23/06/2023, 07:31 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Pada dasar laut yang jaraknya 3.800 meter dari permukaan, kapal Titanic dan semua hal di sekitarnya mengalami tekanan kurang lebih 40 MPa, yakni 390 kali lebih besar dibandingkan tekanan di permukaan laut.

“Untuk memberi gambaran, itu sekitar 200 kali lebih besar tekanannya dibandingkan udara yang ada di ban mobil,” kata Robert Blasiak, seorang peneliti lautan di Pusat Ketahanan Stockholm di Universitas Stockholm, pada progam BBC Radio 4 Today.

“Itu mengapa Anda perlu menggunakan kapal selam dengan dinding-dinding tebal,” tambahnya.

Dinding kapal selam yang terbuat dari serat karbon dan titanium dirancang agar dapat tetap beroperasi pada kedalaman maksimum 4.000 meter.

Arus bawah laut

Arus di permukaan yang dapat menarik kapal dan perenang keluar jalur mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, tetap kedalaman laut juga memiliki arus-arus tersendiri.

Meski tidak sekuat arus yang ada di permukaan laut, arus bawah laut juga dapat menyebabkan pergerakan air.

Baca juga: Cerita Orang Pernah Terjebak 84 Jam di Dasar Laut: Penumpang Kapal Selam Titanic Pasti Ketakutan

Mereka dapat diarahkan oleh angin menghembus di permukaan laut yang mempengaruhi kolom air di bawah laut, pasang surut dalam air atau perbedaan massa jenis yang disebabkan suhu dan kadar garam yang dikenal sebagai arus termohalin.

Kejadian langka seperti badai lubuk, yang biasa berkaitan dengan pusaran air di permukaan, juga dapat membuat arus menjadi kuat dan sporadik hingga bisa menghanyutkan materi yang ada di dasar laut.

Informasi yang tersedia mengenai arus bawah laut di sekitar Titanic, yang terbagi menjadi dua bagian setelah haluan dan buritan kapal terbelah saat kapal itu tenggelam, berasal dari riset yang mempelajari pola-pola di dasar laut dan pergerakan cumi di sekitar bangkai kapal.

Sebagian dari kapal Titanic diketahui berada dekat area dasar laut yang dipengaruhi oleh arus air dingin yang mengalir ke arah selatan dan dikenal sebagai Western Boundary Undercurrent (Arus Bawah Batas Barat).

Aliran “arus bawah“ ini menciptakan bukit pasir yang bermigrasi, meriak dan pola berbentuk pita di antara sedimen dan lumpur sepanjang dasar laut.

Fenomena ini telah memberikan gambaran bagi para ilmuwan tentang seberapa kuatnya arus bawah itu.

Kebanyakan dari pergerakan partikel di dasar laut yang diobservasi biasa terkait dengan arus yang relatif lemah atau moderat.

Pasir bergerak di sebelah timur kawasan bangkai Titanic menandakan keberadaan arus bawah laut yang bergerak dari timur ke barat.

Baca juga: Oksigen di Kapal Selam Wisata Titanic Sisa 20 Jam, Asal Suara Belum Jelas

Sementara, di situs utama bangkai kapal, para ilmuwan mengatakan arus cenderung bergerak dari barat-laut ke barat daya, mungkin akibat potongan-potongan besar dari bangkai kapal, sehingga arus berubah arah.

Di sekitar selatan haluan kapal, arus itu tampak mudah berubah, dari timur-laut ke barat-laut ke barat-daya.

Banyak pengamat memperkirakan pergerakan arus-arus ini akan kelak menguburkan bangkai kapal Titanic dalam sedimen.

Gerhard Seiffert, seorang arkeolog laut dalam yang baru saja memimpin ekspedisi untuk memindai bangkai kapal Titanic dalam resolusi tinggi, mengatakan kepada BBC bahwa ia tidak yakin arus di sekitar kawasan itu cukup kuat untuk membahayakan kapal selam.

“Saya tidak yakin arus dapat berpotensi membahayakan sebuah kendaraan laut dalam di sekitar situs Titanic,“ katanya. “Arus [bawah laut]… dalam konteks proyek pemetaan kami, hanya menimbulkan tantangan bagi ketepatan peta, bukan bagi keamanan.“

Bangkai kapal itu sendiri

Setelah lebih dari 100 tahun berada di dasar laut, Titanic sudah secara perlahan mengalami degradasi.

Kerusakan awal dari tabrakan dua belahan kapal itu dengan dasar laut menyebabkan bagian-bagian besar kapal itu penyok dan terdistorsi.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com