Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Mengaku Menyesal atas Terjadinya Perang Ukraina

Kompas.com - 15/06/2023, 20:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China ternyata dikejutkan oleh perang Ukraina dan khawatir tentang situasi itu. Maka dari itu, mereka mencoba menemukan solusi damai.

Hal ini disampaikan ahli strategi Tentara Pembebasan Rakyat di sela-sela dialog pertahanan Shangri-La yang baru saja selesai di Singapura.

Dilansir dari South China Morning Post, Letnan Jenderal He Lei menekankan bahwa Beijing tidak mengharapkan perang, yang dimulai ketika Rusia menginvasi tetangganya pada Februari tahun lalu.

Baca juga: Geopolitik Indonesia Terkait Laut China Selatan

"China sangat cemas dan menyesal karena sejauh ini kami belum melihat fajar perdamaian," katanya, seraya menambahkan Beijing percaya bahwa negosiasi adalah satu-satunya solusi untuk mengakhiri perang.

Dia mempertanyakan apakah Amerika Serikat mendukung perdamaian atau perang, menambahkan bahwa tindakan Washington saat ini akan memperpanjang konflik.

"Saya ingin bertanya apakah AS benar-benar menginginkan perdamaian? Jika Anda (AS) benar-benar ingin menjadi tangan hitam di belakang layar, atau Anda serius ingin menjadi teman yang membawa perdamaian?" ujarnya.

Pernyataannya konsisten dengan komentar yang dibuat oleh Li Hui, utusan khusus China untuk urusan Eurasia.

Dia mengatakan setelah menyelesaikan tur 12 hari di Eropa bulan lalu dia merasa agak sulit untuk membuat semua pihak duduk bersama di meja negosiasi.

Dia, mantan wakil presiden Akademi Ilmu Militer PLA yang memimpin delegasi China ke Dialog Shangri-La pada 2017 dan 2018, membantah laporan media bahwa Beijing ingin membujuk Ukraina untuk menyerahkan wilayah ke Rusia sebagai harga perdamaian.

"Sikap kami konsisten. Kami bersikeras bahwa keamanan dan kedaulatan teritorial semua pihak harus dihormati. Tidak ada negara yang dapat melanggar keamanan negara lain untuk keamanan nasionalnya sendiri," katanya sembari mengkritik NATO karena menggunakan perang untuk menekan dan mengisolasi Rusia.

Baca juga: Berjuang Keras, Pemuda China Ini Akhirnya Dapat Lambaian Tangan dan Selfie Jauh dengan Messi

"AS memperlakukan Ukraina seperti umpan meriam dalam perjuangannya melawan Rusia, sehingga akan ada satu pesaing dan saingan strategis yang berkurang jika Moskwa kalah perang," tambahnya.

Zhou Chenming, seorang peneliti di think tank sains dan teknologi militer Yuan Wang yang berbasis di Beijing, mengatakan Beijing terkejut bahwa Ukraina telah melakukan perlawanan yang keras terutama setelah kehilangan Krimea ke Rusia delapan tahun lalu.

Baca juga: Marak Penipuan Tiket Messi di China, Gala Dinner Dibanderol Rp 624 Juta

“Memang, China tidak menyangka Ukraina bisa begitu berani untuk berperang melawan pasukan Rusia yang kuat begitu lama,” kata Zhou, menambahkan bahwa dia mengharapkan perang berlanjut sampai kedua belah pihak kelelahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com