Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa Aceh Dapat Ganti Rugi dari ExxonMobil atas Gugatan Penyiksaan oleh Tentara Indonesia yang Disewa

Kompas.com - 16/05/2023, 15:01 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

John Doe I adalah penjual sayur dengan menggunakan sepeda motor.

Rute sehari-harinya adalah dari Poin A dan Klaster 3, yang dioperasikan oleh terdakwa.

John Doe I mengenal tentara yang ditempatkan di sepanjang rute ia berjualan.

Berdasarkan bukti itu, pengadilan memutuskan, "juri dapat menyimpulkan bahwa tentara yang menculik dan menyiksa John Doe bekerja di Poin A dan menjaga keamanan bagi terdakwa."

Jane Doe VI

Pada Juli tahun 2000, Jane Doe VI mengaku putranya, John Doe III, ditembak dan dipukul oleh tentara yang menjaga Klaster 2.

Pada bulan Juli itu, banyak penduduk desa berjalan di sepanjang "Jalan Exxon" menuju Poin A untuk meminta perlindungan.

Dokumen internal dan e-mail terdakwa menyebutkan bahwa ketika ribuan penduduk desa mencari perlindungan di Poin A, tentara melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan penduduk.

Jane Doe VI dan dua anak lain yang masih kecil tengah berjalan menuju Poin A dan melewati Klaster 2, fasilitas yang dioperasikan terdakwa.

Ketika Jane Doe IV dan keluarganya tiba di fasilitas itu, sejumlah tentara keluar dari Klaster 2 dan menembak John Doe III dan kemudian memukulnya.

Jane Doe VII

Jane Doe VII menuding bahwa pada 1999, "personel keamanan ExxonMobil" membakar rumah mereka.

Dia juga menuding bahwa pada 2003, suaminya, John Doe V, yang kini telah meninggal, dipukul selama tiga sampai empat hari.

Anak mereka juga menyaksikan ayahnya dibawa ke truk militer, tempat John Doe V ditutup matanya dan dipukuli. Sekembali ke rumah, John Doe V menangis karena luka-luka akibat disiksa oleh "Tentara Exxon" yang ia tahu namanya.

John Doe II

"Personal keamanan ExxonMobil…menahan dan menyiksa" selama beberapa bulan, kata John Doe II.

Pada 11 Agustus 1999, John Doe II diserang dan dibawa dari warung makanan di dekat Klaster 4. Penggugat menyatakan bahwa tentara yang memukul dan membawanya berasal dari Klaster 4 dan ditugaskan di fasilitas ExxonMobil.

Bukti utama klaim John Doe II adalah dari kesaksiannya dan juga kesaksian pemilik warung.

John Doe II bersaksi bahwa saat ia menunggu pesanan sarapannya, ia melihat sejumlah tentara keluar dari Klaster 4 dan mendekati warung.

Baik John Doe II dan pemilik warung mendengar bunyi tembakan ketika tentara meninggalkan klaster. Penduduk yang berada di sekitar lari karena bunyi tembakan, namun John Doe II tidak lari, sebelum akhirnya ia dikepung tentara.

Tentara ini memukulnya dengan tangan dan popor senjata.

Tentara yang sama menahan John Doe II selama 51 hari dan menghadapi penyiksaan mengerikan.

Pemilik warung mengeklaim bahwa tentara berasal dari "Mobil" karena mereka pelanggan warungnya. Dia juga tinggal tak jauh dari Klaster 4 dan mengenal wajah para tentara yang "berjaga di gerbang."

John Doe IV

Penggugat menuding bahwa pada Juli 2000, saat ia kembali ke rumah, ia dibawa personal keamanan ExxonMobil yang menahan dan menyiksanya selama berminggu-minggu.

Namun sebelum itu, tepatnya pada malam tanggal 29 Juli 1999, ia dicegat sekembalinya dari mengambil gaji dari Paya Bakong ke Matang Kuli.

Jalan antara dua lokasi ini melalui Klaster 4, dan ia dicegat sekitar 150 meter dari Klaster 4 oleh selusin tentara.

Tentara itu menutup kepalanya dengan karung. Saat itu gelap dan ia tidak melihat wajah para tentara itu.

ExxonMobil menyatakan bahwa John Doe IV tidak bisa mengidentifikasi tentara yang mencegatnya. Namun penggugat menekankan bahwa cukup bukti bagi juri di pengadilan untuk bisa menyimpulkan bahwa tentara yang menahan John Doe IV ditugaskan di fasilitas terdakwa. Pengadilan sepakat.

John Doe IV telah menerangkan bahwa ia mengetahui daerah di seputar itu termasuk Klaster 4 dan bahwa ia "sering melihat tentara keluar dari Klaster 4 untuk melakukan patroli rutin di sepanjang jalan."

John Doe IV mengeklaim bahwa pada malam tanggal 29 Juli, 1999, "tentara yang mencegatnya adalah bagian dari mereka yang melakukan patroli rutin karena ia dicegat pada waktu yang bersamaan mereka berpatroli."

"Apa yang saya tahu adalah tentara yang masuk dan keluar area Exxon, tinggal di sana, kendaraan mereka di sana di dalam pagar Exxon, jadi berarti mereka adalah tentara yang menjaga Exxon."

Tentara yang mencegatnya menuduhnya sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka, GAM, memukulnya dan mengukir tulisan 'GAM' di punggungnya. Ia dibawa ke truk, dan mendengar tentara membawanya ke A-13.

Para penduduk desa mengetahui tempat ini sebagai "tempat penyiksaan".

John Doe IV tak mengetahui secara persis ke mana ia dibawa, namun ia berasumsi dibawa ke A-13 karena selama beberapa minggu berikutnya, ia disiksa, dipukul, disayat dengan pisau, tetap diikat dan dipaksa buang air kecil dan buang air besar di tempat dia diikat.

Memoranda opini menyebutkan bahwa ada bukti cukup untuk Pengadilan menyimpulkan bahwa tentara yang ditempatkan di A-13 adalah mereka yang menjaga keamanan terdakwa.

John Doe VII

Dia mengaku, pada Januari 2001, didatangi oleh personel keamanan ExxonMobil yang kemudian membawanya ke dalam gudang di fasilitas perusahaan itu.

Lalu, katanya, pasukan itu memukulinya dengan keras dengan menggunakan tangan, tendangan kaki, bot dan popor senjata sambil memainkan musik secara keras. John Doe VII dan seorang penduduk desa lain ditahan semalam dan dibebaskan keesokan harinya. Ibu penggugat mengumpulkan sejumlah penduduk dan melakukan protes di Gerbang A-1 agar anaknya dikembalikan.

Penggugat mengajukan bukti dua saksi mata, termasuk satu orang yang ditahan bersamanya semalaman oleh pasukan keamanan ExxonMobil.

John Doe VII dan seorang penduduk yang ditahan bahkan bisa mengidentifikasi tentara dengan menyebut nama. Tentara yang sama sering melakukan patroli di fasilitas Exxon.

Salah seorang tentara disebut bernama Razali yang sering berpatroli di desa-desa sekitar.

John Doe VII bahkan menyebut Unit 111 dan 113 serta komandan tentara "Pak Anggis".

Dokumen internal terdakwa juga menyebut nama "Anngit (ejaan berbeda dengan Anggis) Exxon dan Komandan Batalion Infanteri 113. Dokumen internal itu juga menyebutkan pengerahan Batalion 113 dan memasok unit itu dengan kendaraan dan bahan bakar.

Pengadilan mencatat bahwa para saksi bahkan mengidentifikasi oknum tentara itu dengan nama.

Pengadilan juga menyatakan, pembelaan ExxonMobil yang menyebut bahwa tidak ada "bukti pertama yang menghubungkan luka-lukanya dengan para terdakwa" sebagai hal yang "tidak pantas."

Baca juga: 26 Desember 2004: Tragedi Tsunami di Aceh, Dampaknya Hingga Afrika

Puluhan ribu korban sipil dalam konflik Aceh

Protes di Jakarta menentang operasi militer di Aceh pada Desember 1999.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Protes di Jakarta menentang operasi militer di Aceh pada Desember 1999.
Ladang gas alam ini dikelola oleh ExxonMobil hingga Oktober 2015. Pertamina secara resmi mengakusisi tiga aset ExxonMobil di Aceh yaitu Blok B, Blok North Sumatera Offshore (NSO), dan PT Arun NGL di Aceh.

Korban warga sipil yang menggugat ExxonMobil ini hanyalah sebagian kecil dari total jumlah keseluruhan dalam konflik Aceh selama lebih dua dekade.

Menurut Amnesty Internasional, antara 10.000 sampai 30.000 orang, termasuk banyak warga sipil, tewas dalam konflik antara pasukan pemerintah Indonesia dan GAM sejak 1976 sampai 2005.

Amnesty menyebut "pihak berwenang Indonesia hampir sepenuhnya gagal dalam tugasnya untuk memberikan kebenaran, keadilan, dan perbaikan kepada puluhan ribu korban dan anggota keluarga mereka."

Presiden Joko Widodo secara resmi mengakui tiga peristiwa di Aceh, Jambo Keupok, Rumoh Geudong, Pidie, dan Simpang KKA, Aceh Utara, termasuk di antara 11 kasus pelanggaran HAM berat.

Presiden Jokowi lantas membentuk tim penyelesaian non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat di Masa Lalu (PPHAM) melalui Keputusan Presiden No. 17 Tahun 2022.

Wartawan di Aceh, Hidayatullah, berkontribusi dalam artikel ini.

Baca juga: Carmel Budiardjo, Pejuang HAM Kasus 1965 hingga Aceh, Tutup Usia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Global
Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Global
Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Global
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Global
Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Global
Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Global
Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Global
Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Internasional
Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com