Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Apa di Sudan dan Kenapa Terjadi Perang?

Kompas.com - 18/04/2023, 13:23 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Para diplomat telah mendesak kedua belah pihak untuk melakukan gencatan senjata.

Siapakah Pasukan Pendukung Cepat alias RSF?

Pasukan paramiliter RSF dibentuk pada 2013, yang berawal dari milisi Janjaweed. Pasukan ini terkenal kejam saat menghadapi kelompok pemberontak di Darfur.

Sejak itu, Jenderal Dagalo membangun pasukan yang kuat. Pasukan ini juga terlibat dalam konflik di Yaman dan Libya, termasuk mengendalikan sejumlah pertambangan emas di Sudan.

RSF juga diduga melakukan pelanggaran HAM, termasuk pembantaian lebih dari 120 pengunjuk rasa pada Juni 2019.

Pasukan yang begitu kuat di luar instansi militer ini dilihat sebagai sumber ketidakstabilan negara.

Baca juga: Profil RSF, Pasukan Paramiliter Kuat yang Berani Lawan Militer, Coba Rebut Kekuasaan di Sudan

Mengapa militer yang bertanggung jawab?

Pertempuran ini merupakan episode terbaru dalam krisis politik Sudan menyusul penggulingan Presiden Omar Al Bashir pada 2019 - yang telah lama berkuasa.

Saat itu terjadi unjuk rasa besar-besaran di jalanan. Mereka menuntut Omar Al Bashir berhenti memerintah setelah hampir tiga dekade berkuasa. Militer dalam hal ini ikut melakukan kudeta.

Namun, warga sipil terus menuntut partisipasi dalam rencana menuju pemerintahan yang demokratis.

Pemerintahan bersama militer-sipil kemudian dibentuk, tapi digulingkan lagi dalam kudeta lainnya pada Oktober 2021.

Perang Sudan merupakan buah dari perebutan kekuasaan yang ganas di dalam kepemimpinan militer.AFP/GLODY MURHABAZI via BBC INDONESIA Perang Sudan merupakan buah dari perebutan kekuasaan yang ganas di dalam kepemimpinan militer.
Dan sejak itu, persaingan antara Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo semakin menjadi-jadi.

Kesepakatan kerangka kerja untuk mengembalikan kekuatan ke tangan sipil telah disepakati Desember lalu, tapi pembicaraan mengenai rinciannya telah gagal.

Apa yang terjadi sekarang?

Jika pertempuran berlanjut, ini bisa memecah belah negara dan memperburuk pergolakan politik.

Kalangan diplomat, yang memainkan peran penting dalam upaya mendesak kembalinya pemerintahan sipil, akan putus asa mencari cara agar kedua jenderal itu mau saling bicara.

Sementara itu, warga sipil di Sudan yang akan menanggung periode ketidakpastian lainnya.

Baca juga: Sudah Tewaskan 97 Orang, Bentrok Militer dan Pasukan Paramiliter di Sudan Diminta Dihentikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com