Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Resesi Seks, Sekolah Tutup karena Kekurangan Murid

Kompas.com - 03/04/2023, 13:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Reuters

TEN-EI, KOMPAS.com - Dampak Jepang resesi seks, sejumlah sekolah tutup karena kekurangan murid. Salah satunya adalah SMP Yumoto di wilayah pegunungan utara.

Eita Sato dan Aoi Hoshi adalah dua murid terakhir yang melakukan upacara kelulusan di sekolah berusia 76 tahun itu.

SMP Yumoto tutup permanen mulai Jumat (31/3/2023) ketika tahun ajaran berakhir.

Baca juga: Sosiolog: Indonesia Bisa Saja Alami Resesi Seks Kelak seperti China dan Jepang, Ini Alasannya

“Kami mendengar desas-desus penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya kaget,” kata Eita yang berusia 15 tahun sama dengan Aoi, dikutip dari Reuters.

Angka kelahiran di Jepang anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan, sehingga penutupan sekolah meningkat terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, area yang terkenal dengan ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima.

Daerah ini sebelumnya sudah berkutat dengan penurunan populasi, terutama sejak gempa dan tsunami Jepang 2011.

PLTN Fukushima Daiichi yang rusak akibat bencana itu berjarak tak sampai 100 kilometer dari Ten-ei, sehingga kontaminasi radioaktif sempat terjadi sebelum akhirnya dibersihkan.

Pada 1950-an, desa Ten-ei memiliki lebih dari 10.000 penduduk. Namun, satu per satu angkat kaki karena lokasi yang terpencil dan tidak nyaman.

Terbaru, populasi Ten-ei kurang dari 5.000 warga dan hanya 10 persen yang berusia di bawah 18 tahun.

SMP Yumoto, bangunan berlantai dua di pusat desa, pernah meluluskan 50 murid saat wisuda pada 1960-an.

Baca juga: Xi Jinping, Resesi, dan Demokrasi

Situasi Jepang resesi seks

Ilustrasi hilangnya kemauan berhubungan seks yang dialami banyak orang di beberapa negara karena faktor tertentu mengakibatkan timbulnya resesi seks.Freepik/jcomp Ilustrasi hilangnya kemauan berhubungan seks yang dialami banyak orang di beberapa negara karena faktor tertentu mengakibatkan timbulnya resesi seks.
Faktor biaya membesarkan anak membuat angka kelahiran turun di negara tetangga Korea Selatan dan China ini, tetapi situasi Jepang sangat kritis.

Untuk kali pertama, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menjanjikan peningkatan angka kelahiran, termasuk menggandakan anggaran kebijakan terkait anak, dan mengatakan bahwa menjaga lingkungan pendidikan sangat penting.

Akan tetapi, hanya sedikit kebijakan yang membantu sejauh ini.

Angka kelahiran anjlok di bawah 800.000 pada 2022, rekor terendah baru menurut perkiraan pemerintah dan delapan tahun lebih awal dari yang diperkirakan.

Ini menjadi pukulan telak bagi sekolah umum kecil, beberapa berlokasi di jantung kota dan pedesaan.

Baca juga: Jepang Larang Peneliti China dan Rusia di Lembaga Ilmiah Antariksa, Ini Alasannya

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com