BEIJING, KOMPAS.com - Bagi para lajang, lelah saat berkencan menjadi fenomena universal.
Berjam-jam menggeser ke kiri di aplikasi mencari jodoh menyebabkan keputusasaan.
Namun, sebuah kota di Jiangxi, provinsi di China timur, mengeklaim telah menemukan solusi untuk orang yang mabuk cinta atau lelah karena cinta, yakni layanan perjodohan yang disponsori negara.
Baca juga: Kasus “Tinder Swindler” Simon Leviev Berlanjut, Spanyol Keluarkan Perintah Penangkapan
Dilansir dari Guardian, Guixi, kota berpenduduk sekitar 640.000 orang, telah meluncurkan aplikasi yang menggunakan data penduduk lajang untuk membangun platform perjodohan.
Aplikasi ini dikenal sebagai "Palm Guixi" dan termasuk platform untuk mengatur kencan buta, menurut China Youth Daily, sebuah surat kabar milik pemerintah.
Aplikasi ini merupakan bagian dari inisiatif di seluruh provinsi untuk meningkatkan angka pernikahan, yang telah turun secara nasional selama dekade terakhir.
Pada tahun 2021 ada 5,4 pernikahan per 1.000 orang, dibandingkan dengan enam di AS.
Di tempat lain di Jiangxi, pemerintah daerah mengadakan acara tatap muka untuk membuat orang berbaur.
Di kota Gao'an, sekitar 100 lajang muda menghadiri acara di taman Ruizhou Fuya di mana mereka dapat mengenakan pakaian tradisional, bermain game, dan lebih dekat satu sama lain karena mereka merasakan kedalaman budaya China.
Salah satu pilar utama percontohan Jiangxi adalah kampanye melawan harga pengantin yang tinggi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.