Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan Akui Ada Masalah dalam Pemerintahannya Saat Respons Gempa

Kompas.com - 08/02/2023, 21:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

ISTANBUL, KOMPAS.com - Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (8/2/2023) mengakui ada masalah dengan tanggapan awal pemerintahnya terhadap gempa dahsyat di Turki selatan.

Erdogan melontarkan respons di tengah kemarahan dari mereka yang terdampak gempa, yang frustrasi atas lambatnya kedatangan tim penyelamat.

Erdogan, yang mencalonkan diri dalam pemilihan pada Mei mendatang, mengatakan dalam kunjungan ke zona bencana bahwa operasi penyelamatan berjalan normal.

Baca juga: Erdogan Kunjungi Turkiye Selatan, Pantau Kondisi Gempa

Seperti dilansir dari Reuters, dia berjanji tidak akan ada yang kehilangan tempat tinggal.

Sejauh ini, jumlah korban tewas gabungan di Turkiye dan negara tetangganya, Suriah, naik di atas 11.000.

Di seantero Turkiye selatan, orang-orang mencari perlindungan sementara dan makanan dalam cuaca musim dingin yang membekukan.

Mereka menunggu dalam kesedihan di tumpukan puing tempat keluarga dan teman mungkin terkubur.

Tim penyelamat masih menggali beberapa orang hidup-hidup. Lainnya ditemukan tewas.

Ada pemandangan dan keluhan serupa di negara tetangga Suriah, di mana dampak gempa besar hari Senin (6/2/2023) juga dirasakan negara itu.

Korban tewas dari kedua negara diperkirakan akan bertambah. Ratusan bangunan yang runtuh di banyak kota telah menjadi kuburan bagi orang-orang yang tertidur di rumah saat gempa melanda pada dini hari.

Baca juga: Kisah Gempa Turkiye: Bapak Pegang Tangan Putrinya yang Tewas, Enggan Melepas meski Cuaca Dingin

Di kota Antakya, Turkiye, puluhan jenazah, beberapa diselimuti selimut dan seprai dan lainnya di kantong jenazah, dibariskan di tanah di luar rumah sakit.

Keluarga di Turkiye selatan dan di Suriah menghabiskan malam kedua dalam cuaca dingin yang membekukan.

Banyak orang di zona bencana telah tidur di mobil mereka atau di jalan-jalan di bawah selimut, takut kembali ke gedung-gedung yang terguncang oleh gempa bermagnitudo 7,8 itu.

Imi jadi gempa paling mematikan di Turkiye sejak 1999, apalagi ditambah gempa kuat kedua beberapa jam kemudian.

Baca juga: UPDATE Gempa Turkiye dan Suriah, Korban Tewas Jadi 11.236 Jiwa, 2 di Antaranya WNI

Pihak berwenang Turkiye sempat merilis video korban selamat yang berhasil diselamatkan, termasuk seorang gadis muda dengan piyama, dan seorang lelaki tua yang tertutup debu, dengan sebatang rokok yang tidak menyala terjepit di antara jari-jarinya saat dia ditarik dari puing-puing.

Di Aleppo Suriah, staf di rumah sakit Al-Razi merawat seorang pria dengan mata memar yang mengatakan lebih dari selusin kerabat termasuk ayah dan ibunya tewas ketika bangunan tempat mereka berada runtuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com