LAHORE, KOMPAS.com - Aman, pria transgender berusia 22 tahun dari kota Lahore, Pakistan timur, mengatakan dia selalu dekat dengan ayahnya.
Ketika dia masih kecil dan cuaca dingin, ayahnya memegang tangannya untu menghangatkannya.
Ketika dia di universitas, ayahnya akan menunggu sampai dia pulang untuk makan malam bersama, tidak peduli seberapa larutnya itu.
Baca juga: Cegah Pelecehan, Pakistan Luncurkan Hotline Khusus Transgender
Tetapi dilansir Associated Press, saat ini mereka terputus. Keputusan Aman untuk hidup sebagai laki-laki telah mengorbankan segalanya.
Orang tua dan lima saudara kandungnya tidak lagi berbicara dengannya.
Dia keluar dari universitas dan harus meninggalkan rumah. Dia telah mencoba bunuh diri sebanyak tiga kali.
Laki-laki trans menghadapi isolasi yang mendalam di Pakistan. Negara dengan mayoritas konservatif ini memiliki keyakinan yang mengakar tentang gender dan seksualitas.
Di Pakistan, orang trans sering dianggap sebagai orang buangan. Tetapi perempuan trans lebih# memiliki tingkat toleransi karena tradisi budaya.
Wanita trans di kantor publik, di program berita, di acara TV dan film, bahkan di catwalk, telah meningkatkan kesadaran tentang komunitas yang terpinggirkan dan disalahpahami.
Baca juga: Fuschia Anne dari Filipina Memenangkan Kontes Kecantikan Transgender 2022
Film Pakistan pesaing Oscar "Joyland" menyebabkan kegemparan tahun lalu. Tidak hanya karena menggambarkan hubungan antara pria yang sudah menikah dan seorang wanita trans, tetapi juga menyoroti komunitas transgender di negara itu.
Namun, pria trans sebagian besar tetap tidak terlihat, dengan sedikit mobilisasi, dukungan, atau sumber daya.
Wanita trans memiliki jaringan aktivis yang berkembang, tetapi, menurut Aman dan lainnya, mereka jarang bergabung atau berurusan dengan pria trans dan kesulitan mereka.
“Ini yang terburuk,” kata Aman.
“Kami sudah tidak diakui oleh keluarga dan saudara sedarah kami, maka orang yang kami anggap sebagai bagian dari kami juga mengecualikan kami," tambahnya.
Baca juga: Ibu Negara Perancis Ambil Jalur Hukum Pasca-Diisukan Transgender
Perempuan trans telah mampu mengukir ruang mereka dalam budaya karena tradisi bersejarah “khawaja sira,” yang awalnya merupakan istilah untuk kasim laki-laki yang bekerja di kerajaan Mughal di Asia Selatan ratusan tahun lalu.