Hingga saat ini, aksi mogok tidak pernah berhenti dilakukan oleh serikat pekerja, terutama mereka yang bergulat di sektor publik.
Dampak positif dari adanya strike, menurut beberapa peneliti dari Oxford University dan Cambridge University (2015), adalah mendorong publik dan perusahaan agar inovatif dan memproduksi a net economic benefit bagi para pekerja.
Kultur aksi mogok kerja di UK agaknya menyajikan pembelajaran penting untuk publik Indonesia, termasuk para pemangku kebijakan, serikat pekerjanya. Mengapa demikian?
Pertama, aksi mogok kerja—tentunya yang damai, dapat membangun kesadaran secara meluas kepada publik bahwa aksi protes tersebut merupakan potret riil sebenarnya yang dialami oleh pekerja di mana pun.
Bahwa situasi saat ini yang mereka hadapi jauh lebih buruk. Ketidakpastian situasi ekonomi global yang berdampak terhadap inflasi menyebabkan kondisi mereka semakin rentan.
Kenaikan harga pangan, BBM, dan kini harga hunian yang semakin tidak terjangkau merupakan persoalan sesungguhnya untuk mereka hadapi.
Sebagai refleksi, kaum milenial di Indonesia saat ini bisa dikatakan hampir tidak bisa membeli rumah karena harga properti tidak sebanding dengan gaji yang mereka terima.
Kedua, harus dipahami oleh seluruh pihak bahwa aksi mogok yang dilakukan oleh pekerja adalah bentuk hak asasi paling dasar. Tuntutan untuk mendapatkan upah layak, jaminan sosial, kepastian dana pensiun, dll, bukan sesuatu yang berlebihan.
Apa yang mereka perjuangkan bukan semata-mata untuk melakukan akumulasi kapital. Namun memastikan bahwa apa yang mereka kerjakan mendapatkan penghargaan yang layak. Terutama untuk biaya pengeluaran kehidupan sehari-hari.
Ketiga, diperlukan kedewasaan masyarakat luas dalam menyikapi aksi mogok. Ketika saya tertahan di stasiun karena strike, saya sengaja mengajak bicara kepada beberapa orang lokal hanya sekadar untuk mengetahui bagaimana respons mereka terhadap strike yang menganggu aktivitas mereka.
Saya kira mereka akan “ngedumel”, namun mereka menganggap bahwa hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Mereka menyadari bahwa hak pekerja harus dipenuhi dan dilindungi.
Saya menyadari bahwa kedewasaan publik UK menyikapi situasi tersebut juga terbentuk karena proses sejarah panjang yang mereka alami. Bukan sesuatu yang ‘ujug-ujug’ atau terjadi begitu saja.
Belajar dari pengalaman, apa yang mereka perjuangkan memberikan dampak terhadap perbaikan kehidupan publik secara luas.
Pada akhirnya, solidaritas antarpekerja dari berbagai sektor perlu diperkuat. Bisa dikatakan saat ini UK menjadi negara yang paling banyak melakukan strike.
Hampir seluruh sektor baik dari pekerja kereta api, pos, universitas, tenaga kesehatan, dan pekerja di sektor publik lainnya melakukan strike secara terus menerus.
Mereka membangun solidaritas para pekerja untuk mendorong kenaikan upah sebesar 2-3 persen untuk menghadapi inflasi yang mencapai 11 persen.
Solidaritas tersebut dibangun karena mereka menyadari bahwa persoalan ekonomi di negara mereka berdampak terhadap kesejahteraan pekerja di seluruh sektor.
Bagaimana di Indonesia? Sebagaimana proses belajar, tentu ini tidak dapat langsung dipahami ataupun dipraktikan.
Butuh keseriusan dan kesabaran berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai situasi yang ideal bagi perbaikan situasi pekerja di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.