Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ILO: Tak Hanya Baik untuk Karyawan, Jam Kerja Fleksibel Bagus untuk Bisnis

Kompas.com - 06/01/2023, 18:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyebut, pengaturan kerja fleksibel seperti yang diperkenalkan selama pandemi Covid-19 bukan hanya baik untuk karyawan, tetapi juga bisa meningkatkan produktivitas dan potensi keuntungan bisnis.

ILO adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terus berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif secara bebas, adil, aman dan bermartabat.

Dalam laporan pertamanya yang berfokus pada keseimbangan kehidupan kerja, ILO mengevaluasi pengaruh waktu kerja, jam kerja, serta pengaturan waktu kerja terhadap kesejahteraan staf dan juga kinerja bisnis.

Baca juga: Varian Covid Baru XBB.1.5 Menyebar Cepat di AS, Belum Ditemukan di Indonesia, tapi...

"Laporan ini menunjukkan bahwa jika kita menerapkan beberapa pelajaran dari krisis Covid-19 dan melihat dengan sangat hati-hati struktur jam kerja, serta durasinya secara keseluruhan, kita dapat menciptakan solusi yang sama-sama menguntungkan, meningkatkan kinerja bisnis dan keseimbangan kehidupan kerja," kata penulis utama laporan tersebut, Jon Messenger, Jumat (6/1/2023).

Laporan itu memeriksa langkah-langkah respons krisis yang digunakan pemerintah dan bisnis sebagai penyebaran pandemi dengan maksud menjaga agar organisasi tetap berfungsi dan pekerja tetap bekerja.

Ditemukan, bahwa proporsi pekerja yang lebih besar dengan jam kerja yang dikurangi justru dapat membantu mencegah hilangnya pekerjaan.

ILO mengungkap, langkah-langkah Covid telah memberikan bukti kuat bahwa memberi pekerja lebih banyak fleksibilitas tentang bagaimana, di mana, dan kapan karyawan bekerja bisa berdampak positif bukan hanya bagi mereka tetapi juga bagi bisnis, termasuk melalui peningkatan produktivitas.

Baca juga: Penumpang Kereta Bawah Tanah New York Lampaui 1 Miliar, Pertama Kali sejak Pandemi

Di sisi lain, membatasi fleksibilitas ditemukan dapat meningkatkan biaya, termasuk karena pergantian staf yang meningkat.

"Ada banyak bukti bahwa kebijakan keseimbangan kehidupan kerja dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan," kata Jon, sebagaimana dikutip dari Kantor berita AFP.

ILO menekankan bahwa teleworking dan pengaturan kerja fleksibel lainnya dapat membantu mempertahankan pekerjaan sekaligus mendorong lebih banyak otonomi karyawan.

Namun, ILO mengingatkan, bahwa penyediaan aturan diperlukan untuk mencegah efek negatif dari penerapan sistem kerja tersebut. Ini termasuk apa yang disebut sebagai kebijakan "hak untuk memutuskan hubungan" karyawan.

Menurut laporan tersebut, tidak semua orang di dunia kerja bekerja dengan standar delapan jam sehari atau 40 jam seminggu.

Lebih dari sepertiga ditemukan secara teratur bekerja lebih dari 48 jam setiap minggu, sementara 20 persen bekerja kurang dari 35 jam per minggu.

Baca juga: 17 Pesawat dan 3 Kapal China Dekati Taiwan, Taipei Siaga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com