BERLIN, KOMPAS.com - Sebanyak 25 orang ditangkap aparat Jerman dalam penggerebekan di berbagai wilayah di negaranya, karena dicurigai berencana melakukan kudeta terhadap pemerintah Jerman.
Anggota kelompok itu terdiri dari orang-orang sayap kanan hingga mantan tokoh militer Jerman.
Mereka disebut telah mempersiapkan "Hari X," untuk menyerbu gedung parlemen Reichstag di Berlin dan merebut kekuasaan.
Baca juga: Penyanderaan di Pusat Perbelanjaan Jerman, Pelaku Bunuh Ibunya Sebelum Menyekap Korban
Seorang pria bernama Heinrich XIII, yang berasal dari keluarga bangsawan Jerman, diduga sebagai tokoh utama dari rencana itu.
Menurut jaksa federal, Heinrich XIII adalah salah satu dari dua tersangka pimpinan gerakan radikal yang telah ditangkap di 11 negara bagian Jerman.
Tersangka lainnya merupakan bagian dari gerakan QAnon, yang percaya bahwa negara mereka dikuasai oleh kekuatan rahasia yang mengendalikan sistem politik.
Para komplotan yang ditangkap aparat Jerman minggu lalu di antaranya termasuk anggota gerakan ekstremis Reichsburger (warga negara Reich).
Mereka telah lama menjadi perhatian polisi Jerman atas serangan dengan kekerasan serta teori konspirasi rasisal dan antisemit. Kelompok ini menolak mengakui negara Jerman modern dan menolak membayar pajak.
Mereka dicurigai berencana menggulingkan republik Jerman lalu menggantinya dengan Kerajaan Second Reich, yakni negara baru yang mengacu pada Jerman era 1871.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] WNI Pemetik Buah di Inggris Terlilit Utang Bayar Broker | Plot Kudeta Jerman
Setelah sempat dianggap tidak berbahaya, mereka sangat aktif dan menyimpan bahaya tingkat tinggi, menurut kepala badan intelijen Jerman, Thomas Haldenwang.
Jumlah anggotanya berkisar 21.000 orang pada tahun lalu, namun telah meningkat signifikan.
Setidaknya 10 persen dari anggotanya dianggap brutal dengan nilai antisemitisme serta teori-teori konspirasi tersebar luas diantara mereka.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan kelompok itu tampaknya terdiri dari "dewan" organisasi dan cabang militer.
Selain membentuk pemerintah bayangan, komplotan tersebut diduga berencana membentuk sayap militer yang dijalankan oleh pemimpin nomor dua mereka, yakni Rudiger von P.
Sayap militer itu terdiri dari mantan maupun anggota aktif militer, menurut para pejabat, termasuk mantan tentara elit dari unit khusus.