Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Piala Dunia Qatar, Para Pekerja Migran Menikmati Hasil Keringatnya Lewat Pertandingan Sepak Bola

Kompas.com - 21/11/2022, 07:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

DOHA, KOMPAS.com – Ribuan pekerja migran berkumpul di Doha untuk menyaksikan pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022 yang merupakan pertama di Timur Tengah, Minggu (20/11/2022).

Di kawasan industri di Doha, dibangun zona khusus fans lengkap dengan layar besar untuk memfasilitasi massa yang meluap untuk menonton bola.

Dekat saja dari situ, terdapat sejumlah kamp pekerja di mana banyak dari ratusan ribu pekerja berpenghasilan rendah Qatar tinggal.

Baca juga: Presiden FIFA Tak Terima Piala Dunia Qatar Dikritik

"Kami di sini untuk menikmati keringat kami sekarang," kata Ronald Ssenyondo, seorang pria asal Uganda berusia 25 tahun yang mendukung Qatar pada Minggu.

Dia telah berada di Qatar selama dua tahun, bekerja berjam-jam di bawah terik matahari untuk menyelesaikan stadion-stadion tempat pertandingan Puala Dunia 2022 dihelat.

“Saya kewalahan dengan hal-hal yang saya lihat sekarang,” ucap Ssenyondo, sebagaimana dilansir Reuters.

Qatar, negara penghasil gas yang kaya ini dihuni oleh 2,9 juta orang, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Sempat Berselisih dengan Qatar, Putra Mahkota Arab Saudi MBS Hadiri Pembukaan Piala Dunia 2022

Sebagian besar dari jumlah tersebut adalah pekerja asing, mulai dari pekerja konstruksi berpenghasilan rendah hingga eksekutif dengan pengaruh yang besar.

Di satu sisi, sejumlah kelompok hak asasi menuduh pihak berwenang Qatar gagal melindungi pekerja berpenghasilan rendah dari kerja yang berlebihan, upah yang tidak dibayar, dan kondisi hidup yang buruk.

Para pekerja ini termasuk mereka yang membangun stadion dan hotel di Qatar untuk menjadi tuan rumah bagi para penggemar Piala Dunia.

Sementara itu, Pemerintah Qatar mengatakan, pihaknya telah memberlakukan reformasi ketenagakerjaan, termasuk upah bulanan minimum 1.000 real Qatar (Rp 4,2 juta), lebih banyak daripada yang dapat diperoleh banyak orang di negara asal.

Baca juga: Al Qaeda Desak Umat Muslim Menghindari Piala Dunia Qatar, Ada Apa?

Tiket menonton pertandingan pembukaan harganya dibanderol rata-rata 200 dollar AS (Rp 3,1 juta).

Namun, orang-orang dapat menyaksikan pertandingan di zona khusus fans secara cuma-cuma.

Ribuan yang orang berkumpul untuk mendukung Qatar lesu saat pertandingan berakhir dengan kemenangan Ekuador dengan skor 2-0.

“Saya membiayai saudara dan saudari saya di Etiopia dengan mengirimi mereka uang. Jadi saya datang ke sini karena tiketnya terlalu mahal,” kata Ali Jammal (26) yang telah bekerja di Qatar selama lima tahun.

Baca juga: Pembatasan Alkohol di Piala Dunia Qatar buat Sejumlah Sponsor Prihatin

Seorang perawat dari Nepal mengatakan bahwa dia tidak akan dapat menonton pertandingan lain karena sif panjangnya di rumah sakit.

Mohammad Ansar, seorang warga India berusia 28 tahun yang telah bekerja di Qatar sejak awal tahun ini, mengatakan dia menjadi sukarelawan dengan FIFA di dua pertandingan yang akan datang, jadi akan menontonnya secara langsung.

Namun pada hari Minggu, dia bersyukur bisa bersama rekan kerjanya menonton di layar, meski kekalahan Qatar dirasanya mengecewakan.

Baca juga: Piala Dunia Qatar 2022, Termahal Sepanjang Masa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com