Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkuman Hari Ke-266 Serangan Rusia ke Ukraina, Gelombang Serangan Rudal Terberat dari Kremlin, Penyelidikan Ledakan Rudal di Polandia

Kompas.com - 17/11/2022, 06:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KYIV, KOMPAS.com - Polandia mengatakan rudal yang menewaskan dua orang di Przewodów mungkin berasal dari pertahanan udara Ukraina.

Insiden itu terjadi saat Rusia meluncurkan gelombang serangan rudal di seluruh Ukraina pada Selasa (15/11/2022) saat para pemimpin G20 bertemu di Bali.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan itu adalah serangan terencana lainnya yang ditujukan pada fasilitas infrastruktur energi negara itu.

Tujuh juta rumah dibiarkan tanpa listrik. Wakil kepala administrasi kepresidenan, Kyrylo Tymoshenko, menulis di Telegram bahwa situasi energi di seluruh Ukraina "kritis".

Swedia akan mengirimkan bantuan militer baru senilai 242 juta poundsterling ke Ukraina, paket bahan pertahanan terbesar hingga saat ini, yang mencakup sistem pertahanan udara, kata perdana menteri Ulf Kristersson.

Uni Eropa meningkatkan dukungannya ke Ukraina dengan meluncurkan misi bantuan militer, di mana hingga 15.000 tentara Ukraina akan dilatih di berbagai negara anggota Eropa.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-265 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Bicara di KTT G20, Rudal Rusia Hantam Polandia

Gelombang serangan rudal terberat

Dalam pidato malamnya, Zelensky mengatakan "total 90 rudal" menghantam Ukraina.

Rudal menghantam kota-kota termasuk ibu kota, Kyiv, Lviv dan Rivne di barat, Kharkiv di timur laut, Kryvyi Rih dan Poltava di tengah, Odesa dan Mykolaiv di selatan, dan Zhytomyr di utara, yang dikatakan Ukraina sebagai gelombang serangan rudal terberat dalam hampir sembilan bulan perang.

Moldova mengatakan turut mengalami pemadaman listrik sebagai akibat dari serangan Rusia terhadap infrastruktur energi di negara tetangga Ukraina.

Negara itu pun meminta Moskwa menghentikan serangannya, dengan mengatakan, "Setiap bom yang jatuh di Ukraina juga mempengaruhi Moldova dan rakyat kami."

Paus Fransiskus pada Rabu (16/11/2022) mengutuk gelombang terbaru serangan rudal di Ukraina dan menyerukan gencatan senjata untuk mencegah risiko eskalasi konflik.

Baca juga: KTT G20 Berakhir, Macron Sebut Bantuan ke Ukraina Ampuh dan Serukan Perdamaian

Penyelidikan ledakan rudal di Polandia

Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan rudal yang mendarat di negaranya dan menewaskan dua orang tampaknya merupakan "insiden kecelakaan."

Sangat mungkin bahwa roket buatan Rusia itu digunakan oleh pertahanan udara Ukraina, tambahnya.

Tidak ada alasan untuk percaya bahwa insiden rudal itu adalah serangan yang disengaja, atau bahwa roket itu diluncurkan oleh pihak Rusia, kata Duda sebagaimana dilansir Guardian.

Rudal itu jatuh pada Selasa (15/11/2022) di desa Polandia Przewodow, dekat perbatasan Ukraina dan menewaskan dua orang, kata kementerian luar negeri Polandia dalam sebuah pernyataan.

Insiden itu adalah pertama kalinya wilayah negara NATO “diserang” selama hampir sembilan bulan perang Ukraina.

Kementerian pertahanan Rusia telah mengklaim bahwa pada Selasa (15/11/2022) pihaknya tidak menargetkan di mana pun dalam jarak 35 kilometer dari perbatasan Ukraina-Polandia.

Baca juga: Polandia Sebut Rudal yang Hantam Negaranya Peluru Nyasar Ukraina

Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh Tass, kementerian tersebut mengatakan: "Pernyataan oleh berbagai sumber Ukraina dan pejabat asing tentang dugaan 'rudal Rusia' yang jatuh di desa Przewodow adalah provokasi yang disengaja dengan tujuan untuk mengeskalasi situasi (konflik).”

Kementerian Rusia mengklaim telah mengidentifikasi reruntuhan itu dari foto, dan menyebutnya sebagai S-300 Ukraina.

Ukraina meminta "akses segera" ke lokasi ledakan di Polandia timur untuk “studi bersama”, dab meminta sekutunya berbagi informasi, kata seorang pejabat senior pertahanan Ukraina.

Ancaman perang hibrida

Jens Stoltenberg, sekretaris jenderal NATO, mengatakan insiden rudal Polandia menunjukkan bahwa perang di Ukraina “yang merupakan tanggung jawab Putin – terus menciptakan situasi berbahaya”.

NATO “terus-menerus” menilai kehadirannya di bagian timur aliansi, katanya, menambahkan bahwa “pada saat yang sama, kami tidak memiliki indikasi bahwa ini adalah hasil dari serangan yang disengaja di wilayah NATO. Dan kami tidak memiliki indikasi bahwa Rusia sedang merencanakan aksi militer ofensif terhadap sekutu NATO.”

Baca juga: NATO Sebut Ledakan Polandia Kemungkinan Disebabkan Ketidaksengajaan Ukraina

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyalahkan Vladimir Putin atas perang "kejam dan tak henti-hentinya" yang mengacaukan ekonomi dunia.

Dia pun menyerukan sekutu NATO untuk menunggu hasil "penyelidikan penuh atas keadaan di balik jatuhnya rudal di Polandia kemarin".

Perdana Menteri Inggris dan timpalannya dari Kanada Justin Trudeau berbicara dengan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan mengatakan dalam rangkuman diskusi setelahnya bahwa “apa pun hasil penyelidikan itu [perihal ledakan di Polandia], invasi Putin ke Ukraina adalah penyebab utama dari kekerasan yang berkelanjutan.”

Mantan presiden Rusia dan sekutu jangka panjang hawkish Putin, Dmitry Medvedev, mengatakan bahwa ledakan di wilayah Polandia menunjukkan barat bergerak mendekati Perang Dunia lainnya.

"Insiden dengan 'serangan rudal' yang diduga (dari) Ukraina di sebuah pertanian Polandia membuktikan hanya satu hal: mengobarkan perang hibrida melawan Rusia, barat bergerak lebih dekat ke perang dunia," tulis Medvedev di Twitter.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyatakan "kekhawatiran dan keprihatinan yang besar" atas ledakan rudal itu, menambahkan dia bertemu dengan NATO dan sekutu Eropa untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang memungkinkan.

Baca juga: Jokowi Ungkap Alotnya Sepakati Kecam Perang di Ukraina dalam Deklarasi KTT G20

Deklarasi KTT G20

Rancangan deklarasi dari para pemimpin G20 mengatakan "sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina", menuntut "penarikan penuh dan tanpa syarat" Rusia dari wilayah tetangganya.

Referensi perang yang digunakan adalah penolakan terhadap klaim Rusia bahwa ia terlibat dalam "operasi militer khusus".

Tapi Itu juga mengatakan “ada pandangan lain dan penilaian situasi dan sanksi yang berbeda”, yang mencerminkan perpecahan di antara negara-negara G20 atas Rusia.

Deklarasi tersebut memperingatkan bahwa “penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima. Penyelesaian konflik secara damai, upaya mengatasi krisis, serta diplomasi dan dialog, sangat penting. Era ini tidak boleh perang.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Global
Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Global
Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com