Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Negara-negara Muslim Kaya Tidak Banyak Bantu Afghanistan?

Kompas.com - 28/10/2022, 13:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: VOA Indonesia

KABUL, KOMPAS.com - Lebih dari 10 bulan sejak PBB meluncurkan permohonan bantuan terbesarnya untuk satu negara, yaitu untuk menangani krisis kemanusiaan di Afghanistan, dana yang masuk belum mencapai separuh dari jumlah permohonan yang diajukan.

Negara-negara Muslim secara mencolok tidak berada dalam daftar negara pemberi bantuan.

“Afghanistan menghadapi musim dingin yang keras,” cuit Tomas Niklasson, utusan khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, memperingatkan di akun Twitter-nya dalam utas yang ia unggah setelah kunjungannya ke Afghanistan awal Oktober lalu.

“Saya mendesak China, Rusia dan OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) untuk mengikuti Inggris, AS, Uni Eropa dan lainnya dalam meningkatkan secara signifikan bantuan kemanusiaan.”

Baca juga: Kenapa Taliban Tak Terkalahkan di Afghanistan 2021? Ini 3 Sebabnya

Meskipun sudah menjadi salah satu negara termiskin di dunia selama puluhan tahun, Afghanistan jatuh semakin dalam ke jurang kemiskinan semenjak pemerintahannya yang didukung oleh AS runtuh pada tahun lalu dan rezim de facto Taliban, yang mengambil alih pemerintahan, disambut dengan sanksi ekonomi internasional yang melumpuhkan.

Hampir semua penduduk Afghanistan sekarang hidup di bawah garis kemiskinan, menurut PBB.

“Tentu terdapat banyak persaingan untuk mendapatkan sumber bantuan kemanusiaan selama setahun terakhir, dengan perang di Ukraina menyedot banyak perhatian dan keuangan dari pihak Barat. Ada kekhawatiran Afghanistan akan menjadi krisis yang terabaikan di masa depan,” ungkap Neil Turner, direktur Dewan Pengungsi Norwegia di Afghanistan, kepada VOA.

Minggu lalu, Arab Saudi mengumumkan pihaknya mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai 400 juta dollar AS (Rp 6,2 triliun) ke Ukraina. Meski disambut baik oleh lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan, pengumuman itu amat berseberangan dengan bantuan kemanusiaan senilai 11 juta dollar AS (Rp 170,7 miliar) yang dijanjikan kerajaan Islam kaya minyak itu ke Afghanistan.

Selain Arab Saudi, beberapa negara Muslim kaya lain, seperti Uni Emirat Arab (UEA), Qatar dan Turkiye, juga absen atau tertinggal dalam daftar negara donor permohonan bantuan kemanusiaan bagi Afghanistan.

Hingga tahun ini, UEA telah memberikan lebih dari $309 juta untuk menanggapi permohonan bantuan kemanusiaan PBB di 23 negara, di mana $171 juta di antaranya ditujukan bagi Ethiopia dan hanya $1,9 juta bagi Afghanistan.

Qatar, salah satu negara dengan tingkat PDB per kapita tertinggi di dunia, memberikan kurang dari 1 juta dollar AS (Rp 15,52 miliar) kepada sistem permohonan bantuan kemanusiaan global PBB pada 2022. Sekitar 500.000 dollar AS (Rp 7,76 miliar) di antara jumlah tersebut dialokasikan untuk Kamerun.

Baca juga: Setahun Taliban Kuasai Afghanistan, Upaya Memulihkan Ekonomi Belum Berhasil

Pada Desember 2021, para menteri luar negeri yang menghadiri KTT OKI di Islamabad sepakat untuk membentuk dana perwalian kemanusiaan khusus di Bank Pembangunan Islam (IsDB) untuk menanggapi krisis kemanusiaan di Afghanistan.

Agustus lalu, IsDB mengumumkan pemberian dana sebesar 525.000 dollar AS (Rp 8,15 miliar) kepada Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk digunakan dalam kegiatan kemanusiaan langsung di Afghanistan.

Juru Bicara OKI maupun IsDB tidak menanggapi pertanyaan tentang bantuan apa lagi yang sudah disalurkan dari dana perwalian tersebut sejak Agustus

Halaman:

Terkini Lainnya

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Global
Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Global
Zebra Kabur di Jalan Raya AS, Penunggang Rodeo Datang Menyelamatkan

Zebra Kabur di Jalan Raya AS, Penunggang Rodeo Datang Menyelamatkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com