Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga AS Dihukum 16 Tahun Penjara oleh Arab Saudi karena Kicauan 7 Tahun Lalu di Twitter

Kompas.com - 19/10/2022, 16:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

 

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Arab Saudi menjatuhkan hukuman 16 tahun penjara kepada warga Amerika Serikat (AS) atas kicauannya tujuh tahun lalu, yang kritis terhadap kerajaan.

Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi penahanan Saad Ibrahim Almadi, seorang warga negara AS yang berasal Saudi, dan mengatakan AS memantau kasusnya mulai Desember dan hingga Senin (17/10/2022).

"Kami secara konsisten dan intensif menyampaikan keprihatinan kami mengenai kasus ini di tingkat senior pemerintah Saudi, baik melalui saluran di Riyadh dan Washington," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada wartawan.

"Melakukan kebebasan berekspresi tidak boleh dikriminalisasi," katanya sebagaimana dilansir AFP.

Baca juga: Ribut-ribut Soal Minyak, Akankah Hubungan AS-Arab Saudi Putus?

The Washington Post melaporkan bahwa Almadi, yang tinggal di Florida dan pergi mengunjungi keluarga di Arab Saudi, ditahan pada November di bandara terkait 14 cuitan yang dia tulis selama tujuh tahun sebelumnya.

Mengutip putra Almadi, Ibrahim, surat kabar tersebut melaporkan pria yang berusia 72 tahun itu dijatuhi hukuman pada 3 Oktober hingga 16 tahun penjara dengan larangan perjalanan 16 tahun lagi setelah itu.

Padahal menurut Ibrahim, ayahnya hanya mengungkapkan pendapat "ringan" dengan kicauan yang menyebut soal korupsi di Arab Saudi dan pembunuhan Jamal Khashoggi, kolumnis yang berbasis di AS yang dimutilasi pada 2018 setelah dibujuk ke konsulat di Istanbul.

Almadi didakwa sebagian karena mendukung dan mendanai terorisme dan mencoba mengacaukan kerajaan Saudi, kata putranya, yang mengonfirmasi laporan Post kepada AFP.

Baca juga: Arab Saudi Beri Bantuan Kemanusiaan Rp 1,6 Triliun untuk Ukraina

Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak ada perwakilan pemerintahnya yang hadir pada putusan pengadilannya karena Arab Saudi merubah tanggal sidang sebelum jadwal.

"Kami tidak mendengar kabar dari pemerintah Saudi sampai setelah putusan tanggal 3 Oktober", kata Patel, tanpa mengonfirmasi rincian keputusan tersebut.

Kematian Khashoggi, yang menulis untuk The Washington Post, memicu kemarahan di Washington meskipun presiden saat itu Donald Trump membual menyelamatkan putra mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman, dari dampak besar.

Presiden Joe Biden kemudian mendeklasifikasi laporan intelijen yang menunjukkan bahwa putra mahkota memerintahkan pembunuhan itu, dan bersumpah menanggapi dengan lebih keras, termasuk atas serangan mematikan Arab Saudi di Yaman.

Baca juga: Merasa “Dikhianati” Usai Produksi Minyak Dipangkas, Biden Tak Akan Temui MBS di KTT G20

Namun, Biden pada Juli tetap melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan difoto dengan putra mahkota. Perjalanan ini secara luas dianggap dilakukan untuk mencari bantuan kerajaan terkait harga gas, dengan memompa lebih banyak minyak.

Tetapi OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi, pada 5 Oktober mengumumkan pemotongan besar-besaran dalam produksi tepat menjelang pemilihan kongres AS, membuat marah Biden yang bersumpah akan ada konsekuensi atas kebijakan itu.

Arab Saudi telah lama menghadapi kritik atas hak asasi manusia. Blogger dan aktivis hak Raif Badawi menjalani hukuman 10 tahun penjara hingga Maret dan dicambuk di depan umum 50 kali karena tuduhan atas konten di situs webnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Global
Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

Global
[POPULER GLOBAL] Presiden Iran Meninggal Kecelakaan | Kronologi Penemuan Helikopter Raisi

[POPULER GLOBAL] Presiden Iran Meninggal Kecelakaan | Kronologi Penemuan Helikopter Raisi

Global
China: Dinamika Politik Taiwan Tak Akan Ubah Kebijakan 'Satu China'

China: Dinamika Politik Taiwan Tak Akan Ubah Kebijakan "Satu China"

Global
Sejarah Orang Jawa di Kaledonia Baru, Negara yang Sedang Dilanda Kerusuhan

Sejarah Orang Jawa di Kaledonia Baru, Negara yang Sedang Dilanda Kerusuhan

Global
Ketika 706 Orang Bernama Kyle Berkumpul, tapi Gagal Pecahkan Rekor...

Ketika 706 Orang Bernama Kyle Berkumpul, tapi Gagal Pecahkan Rekor...

Global
Meski Alami Luka Bakar, Jenazah Presiden Iran Dapat Dikenali dan Tak Perlu Tes DNA

Meski Alami Luka Bakar, Jenazah Presiden Iran Dapat Dikenali dan Tak Perlu Tes DNA

Global
ICC Ancang-ancang Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Israel dan Pemimpin Hamas

ICC Ancang-ancang Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Israel dan Pemimpin Hamas

Global
Ukraina Jatuhkan 29 Drone Rusia dalam Semalam, Targetkan Barat, Tengah, dan Selatan

Ukraina Jatuhkan 29 Drone Rusia dalam Semalam, Targetkan Barat, Tengah, dan Selatan

Global
Hari Ini, Kondisi PM Slovakia Stabil dan Membaik

Hari Ini, Kondisi PM Slovakia Stabil dan Membaik

Global
Jasad Presiden Iran Ebrahim Raisi Ditemukan dan Dibawa ke Tabriz, Operasi Pencarian Diakhiri

Jasad Presiden Iran Ebrahim Raisi Ditemukan dan Dibawa ke Tabriz, Operasi Pencarian Diakhiri

Global
Penikaman di SD China, 2 Orang Tewas, 10 Lainnya Terluka

Penikaman di SD China, 2 Orang Tewas, 10 Lainnya Terluka

Global
Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Apa Tujuan Asli Putin Menginvasi Ukraina?

Internasional
Hamas: Ebrahim Raisi, Sosok Terhormat Pendukung Palestina

Hamas: Ebrahim Raisi, Sosok Terhormat Pendukung Palestina

Global
ISIS Serang Wisatawan Asing di Afghanistan, Sektor Pariwisata Terguncang

ISIS Serang Wisatawan Asing di Afghanistan, Sektor Pariwisata Terguncang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com