Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Asing: Tragedi di Stadion Kanjuruhan Salah Satu Bencana Sepak Bola Terburuk di Dunia

Kompas.com - 03/10/2022, 07:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Media asing, Reuters, menyebut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022), yang mengakibatkan 125 orang meninggal sebagai salah satu tragedi sepak bola terburuk di dunia.

Lewat pembaruan informasi korban, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang merilis data lengkap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan.

Jumlah korban meninggal sebanyak 125 jiwa. Sedangkan korban yang mengalami luka-luka akibat peristiwa itu sebanyak 299 jiwa.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Jadi Tragedi Dunia | Dollar AS Terus Menguat

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, tragedi di Stadion Kanjuruhan usai Arema FC mengalami kekalahan saat bertanding melawan Persebaya Surabaya dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023.

Kerusuhan bermula saat pendukung Arema FC turun ke lapangan untuk menyampaikan protes. Sayangnya penyampaian protes itu berlangsung panas.

Sejumlah suporter melempari benda ke arah jalan akses keluar pemain. Mengantisipasi kondisi yang semakin memburuk, jajaran pengamanan berupaya menghalau massa.

Namun, mereka tampak keteteran.

Baca juga: Sepak Bola Indonesia Berduka: Malam Jahanam di Kanjuruhan

Puncaknya jajaran pengamanan menembaki gas air mata ke beberapa arah kerumunan, bahkan ke beberapa tribun yang masih banyak suporter.

Kepanikan melanda, massa berjubel berebut keluar dari Stadion Kanjuruhan hingga beberapa suporter terinjak-injak yang lain.

Dalam catatan Reuters, tragedi di Stadion Kanjuruhan merupakan bencana sepak bola terburuk kedua di dunia dalam 30 tahun terakhir.

Jumlah korban tewas di Stadion Kanjuruhan hanya selisih sedikit dengan tragedi di stadion sepak bola utama Accra, Ghana, pada Mei 2001, yang menewaskan 126 orang.

Baca juga: KPAI: Tragedi Kanjuruhan Berdampak Berat pada Kejiwaan Korban Anak

Kala itu, polisi juga menembakkan gas air mata ke suporter.

Sementara itu, bencana sepak bola terburuk di dunia yang pernah tercatat terjadi di Peru pada Mei 1964 dan di Rusia pada Oktober 1982.

Di Peru, tragedi mengerikan terjadi Estadio Nacional alias Stadion Nasional di mana lebih dari 300 orang tewas dan sekitar 500 mengalami luka-luka.

Sedangkan di Rusia, tragedi terjadi di Stadion Luzhniki, Moskwa. Uni Soviet mengumumkan jumlah kematian sebesar 66 jiwa. Padahal, jumlah korban tewas ditaksir mencapai 340 jiwa.

Baca juga: AFC Futsal Cup 2022, Duka Tragedi Kanjuruhan di Tengah Keberhasilan Timnas Futsal Indonesia Lolos 8 Besar

Tak boleh ada gas air mata

Badan pengendali sepak bola internasional, FIFA, menegaskan bahwa penggunaan gas air mata nyatanya diperbolehkan.

Hal itu mengacu pada aturan FIFA pasal 19 b soal pengaman di pinggir lapangan.

“Senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan,” tulis aturan FIFA.

Baca juga: Hari Ini, Mahfud Panggil PSSI hingga Kapolri Rapat Bahas Tragedi Kanjuruhan

Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa dunia sepak bola dikejutkan atas tragedi di Indonesia.

Infantino menuturkan, peristiwa tersebut merupakan hari yang kelam bagi semua pihak.

Sekjen PSSI Yunus Nusi mengatakan kepada wartawan bahwa FIFA telah meminta laporan tentang insiden tersebut dari PSSI.

Baca juga: Kerusuhan Kanjuruhan, Ini Ancaman Pidana Penyelenggara Pertandingan yang Melanggar UU

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com