PARIS, KOMPAS.com - Tentara terjun payung Rusia Pavel Filatiev tiba di Perancis untuk mencari suaka politik pada Minggu (28/8/2022), setelah keluar dari negaranya karena takut akan pembalasan.
Pelariannya dilakukan setelah dia mendadak terkenal karena kritiknya yang pedas tentang perang di Ukraina yang diterbitkan secara online.
"Ketika saya mendengar petinggi meminta saya untuk dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena berita palsu, saya menyadari bahwa saya tidak akan bisa berbuat apa-apa dan pengacara saya tidak dapat melakukan apa pun untuk saya di Rusia," kata Filatiev kepada AFP di ruang tunggu pencari suaka di bandara Paris Charles de Gaulle.
Baca juga: Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia di Selatan
Setelah sempat mengambil cuti dari tentara, pria 34 tahun tahun itu bergabung kembali dengan resimen udara ke-56 Rusia - unit lama ayahnya - yang berbasis di Krimea.
Pasukan terjun payung dikirim ke Ukraina selatan ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memulai "operasi militer khusus" melawan Kyiv pada 24 Februari.
Filatiev sendiri menghabiskan dua bulan di sekitar kota-kota utama Kherson dan Mykolaiv, sebelum ditarik dari garis depan karena infeksi mata.
"Kami tidak memiliki hak moral untuk menyerang negara lain, terutama negara yang paling dekat dengan kami," tulisnya dalam cerita 141 halaman berjudul "ZOV", yang dia unggah di jejaring sosial VKontakte pada Agustus.
Arti dari judul berbahasa Rusia itu adalah "panggilan", ini juga yang digunakan sebagai huruf identifikasi yang dicat pada kendaraan militer selama serangan itu.
Dalam teks tersebut, Filatiev mencela baik keadaan militer dan serangan Moskwa di Ukraina, yang diyakininya secara luas ditentang oleh prajurit yang terlalu takut untuk berbicara.
Baca juga: Perjuangan Rusia Cari Rekrutan Baru untuk Perang di Ukraina dan Tanggapan Sinis Warganya
Filatiev menggambarkan bahwa tentara yang dikirim hampir tidak berfungsi, tidak memiliki pelatihan dan peralatan bahkan sebelum invasi dimulai.
Angkatan bersenjata "berada dalam kondisi yang sama dengan kondisi Rusia dalam beberapa tahun terakhir," katanya kepada AFP.
"Tahun demi tahun kekacauan dan korupsi tumbuh. Korupsi, kekacauan, dan sikap tidak peduli telah mencapai tingkat yang tidak dapat diterima," tambah Filatiev.
"Selama beberapa bulan pertama saya terkejut, saya berkata pada diri sendiri bahwa itu tidak benar. Pada akhir tahun, saya menyadari bahwa saya tidak ingin bertugas di tentara seperti ini."
Tapi dia tidak mengundurkan diri sebelum serangan ke Ukraina dimulai, dan mendapati dirinya maju dengan unitnya ke selatan negara tetangga.
“Jika tentara sudah berantakan di masa damai, korup dan apatis, jelas bahwa di masa perang, dalam pertempuran, ini akan lebih menonjol dan kurangnya profesionalisme bahkan lebih jelas,” kata Filatiev.