Dia menambahkan, bahwa Korea Utara berkepentingan memperoleh suku cadang era Soviet untuk alat berat yang masih diproduksi di kota-kota di Ukraina timur, seperti Slovyansk dan Kramatorsk, yang masih dikuasai oleh Kyiv.
Di sisi lain, jurnalis pro-Kremlin Igor Korotchenko meyakinkan pada awal Agustus lalu, Korea Utara akan mengirim 100.000 tentara ke Ukraina untuk berperang di pihak Rusia.
Tidak ada satu pun dari pemerintah kedua negara telah memutuskan kemungkinan itu, sedangkan para ahli pun skeptis.
“Saya tidak yakin Korea Utara bisa dan akan mengirim pasukan ke Ukraina. Itu adalah sesuatu yang belum pernah mereka lakukan,” kata Wells.
“Rusia jelas membutuhkan lebih banyak pasukan, namun melatih tentara Korea Utara memakan waktu yang lama dan Kim Jong Un mungkin akan menentangnya karena khawatir tentaranya akan membelot,” kata Radchenko.
Baca juga: Korea Selatan Ungkap Paket Bantuan Skala Besar untuk Korea Utara jika Mau Denuklirisasi
Mengenai pengiriman senjata ke Rusia, Sanchez Braun percaya bahwa "Pyongyang tidak akan memberikan sebagian dari persenjataannya ke Moskwa, karena mereka membutuhkannya untuk bernegosiasi di masa depan atau untuk memastikan keselamatan mereka sendiri.”
Sanchez Braun juga menyoroti hal lain, yang tampak kurang nyata namun sama pentingnya, yang dapat ditawarkan Kim Jong Un kepada Putin saat ini: ketidakstabilan geopolitik.
“Korea Utara berkontribusi pada ketidakstabilan regional dan berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, tidak ada yang lebih diinginkan Moskwa lebih dari itu,” ujarnya.
“ Pyongyang yang memiliki lebih banyak senjata, meningkatkan nada ancamannya dan terus menguji coba rudal adalah hal yang memusingkan bagi AS, di saat negara itu ingin fokus pada konflik di Ukraina. Apa lagi ketegangan juga terjadi di wilayah lain seperti Taiwan dan Timur Tengah”.
China masih menjadi mitra utama Korea Utara karena masih mendominasi lebih dari 90 persen perdagangan luar negerinya pada 2019, sebelum perbatasan ditutup akibat pandemi, menurut Observatory of Economic Complexity (OEC).
China melihat Korea Utara sebagai penyangga penting di ujung timur lautnya, yang memisahkan negara itu dengan wilayah Korea Selatan, di mana AS memiliki pangkalan militer dengan 28.000 tentara.
Semakin Korea Utara bergangung kepada China secara ekonomi, semakin besar pula pengaruh politik yang dimiliki raksasa Asia itu terhadap mitranya yang lebih kecil.
Baca juga: Adik Kim Jong Un Tuduh Korsel Sebar Covid-19 ke Korea Utara, Kim Yo Jong Akan Balas
Beijing sering menggunakan pengaruh itu untuk menahan tabiat rezim Kim yang eksplosif, karena ancaman uji coba nuklir dan misilnya justru menarik kehadiran dan manuver militer dari Korea Selatan serta Amerika Serikat di wilayah tersebut.
Dengan demikian, Radchenko meyakini bahwa “China tidak akan senang” apabila hubungan Rusia dan Korea Utara menguat.
“Mereka selalu curiga pada gangguan Rusia ke Korea Utara dan menyadari bahwa meningkatnya hubungan mereka hanya akan memberi Kim Jong Un lebih banyak keuntungan melawan China."
Wells juga berpendapat sama. “Jika hubungan (Korea Utara-Rusia) menjadi lebih dekat, Beijing kemungkinan besar akan menyampaikan ketidaksenangan, baik secara diplomatis atau dengan menunda pasokan makanan dan energi.“
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.