Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Presiden Afghanistan Sebut Kesepakatan Trump dan Taliban adalah Bencana

Kompas.com - 15/08/2022, 15:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Dia telah dikritik habis-habisan karena pergi. Tetapi kepada CNN dia mengklaim bahwa menteri pertahanannya mengatakan kota itu tidak bisa lagi dipertahankan.

"Alasan saya pergi adalah karena saya tidak ingin memberikan kesenangan kepada Taliban dan pendukung mereka untuk sekali lagi mempermalukan seorang presiden Afghanistan," kata Ghani, merujuk pada mantan presiden Mohammad Najibullah, yang menjabat dari 1986 hingga 1992.

Pemimpin era komunis itu ditangkap, disiksa dan dibunuh oleh Taliban ketika mereka merebut Kabul pada 1996.

"Saya tidak pernah takut," tegas Ghani. "Aku yang terakhir pergi."

Pria berusia 73 tahun itu juga mengatakan bahwa lingkungan sekitarnya di Arg, istana kepresidenan Afghanistan, menjadi tidak aman.

Dia menuduh bahwa salah satu juru masak di kediamannya telah ditawari 100.000 dollar AS (Rp 1,4 miliar) untuk meracuninya.

Baca juga: Kembali ke Afghanistan, Tentara Berbahaya Ini Dapat Fasilitas Mewah dan Dibiayai Taliban

Tetapi sementara Ghani, yang sekarang tinggal di pengasingan di Uni Emirat Arab, menyerang kurangnya dukungan Barat untuk pemerintahnya, dia menolak mengatakan apakah dia merasa "dikhianati" oleh AS.

"Saya tidak menggunakan kata-kata seperti itu," katanya sebagaimana dilansir BBC.

"Saya tidak memiliki kemewahan untuk terlibat dalam menyalahkan atau membahas pengkhianatan. Negara adidaya, kekuatan besar, memutuskan berdasarkan kepentingan nasional mereka. Yang saya harap adalah mereka telah mempertimbangkan implikasinya."

Ghani juga kembali membantah tuduhan bahwa ia melarikan diri dengan 5 dollar AS (Rp 73,6 miliar) yang dijarah dari istana presiden, dan puluhan juta lebih dari lemari besi di Direktorat Keamanan Nasional.

"Ini adalah bagian dari kampanye disinformasi," katanya. "Mereka telah menyelidiki dan tidak menemukan apa pun."

Pekan lalu, sebuah laporan kongres AS menyimpulkan bahwa sangat tidak mungkin Ghani dan stafnya mengangkut sejumlah besar uang tunai dengan helikopter pelarian selama evakuasi hiruk pikuk Kabul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com