Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Diminta Ganti Nama Virus Monkeypox, Ini Sebabnya

Kompas.com - 27/07/2022, 09:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Otoritas Kota New York meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengganti nama virus monkeypox (cacar monyet) untuk menghindari stigmatisasi pasien yang pada akhirnya bisa membuat mereka menunda mencari perawatan.

New York memiliki temuan kasus penyakit cacar monyet lebih banyak daripada kota lain di Amerika Serikat (AS). Kota itu mendapati 1.092 infeksi terdeteksi sejauh ini.

"Kami memiliki kekhawatiran yang berkembang atas dampak yang berpotensi merusak dan menstigmatisasi yang dapat ditimbulkan oleh pesan seputar virus ‘monkeypox’ pada komunitas yang sudah rentan," kata Komisaris Kesehatan Masyarakat Kota New York Ashwin Vasan dalam sebuah surat kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tertanggal Selasa (27/7/2022).

Baca juga: BREAKING NEWS: WHO Tetapkan Cacar Monyet sebagai Darurat Kesehatan Global

WHO sendiri sempat melontarkan ide untuk mengganti nama virus cacar monyet selama konferensi pers pada bulan lalu. Hal ini juga disinggung Vasan dalam suratnya kepada Dirjen WHO.

Dalam usulanya ke WHO, Vasan merujuk pada sejarah menyakitkan dan rasis di mana terminologi seperti cacar monyet berakar pada komunitas kulit berwarna.

Dia menunjukkan fakta bahwa monkeypox tidak benar-benar berasal dari primata, seperti namanya.

Selain itu, kata dia, perlu diingat juga bahwa pernah ada efek negatif yang muncul dari misinformasi pada hari-hari awal epidemi HIV serta rasisme yang dihadapi oleh komunitas Asia yang diperburuk oleh mantan presiden Donald Trump yang menyebut Covid-19 sebagai "virus China".

"Terus menggunakan istilah 'monkeypox" untuk menggambarkan wabah saat ini dapat menyalakan kembali perasaan traumatis dari rasisme dan stigma, terutama untuk orang kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya, serta anggota komunitas LGBTQIA+. Ada kemungkinan mereka mungkin menghindari terlibat dalam layanan perawatan kesehatan vital karena itu," kata Vasan, dikutip dari AFP.

Baca juga: Uni Eropa Setujui Penggunakan Vaksin Cacar untuk Lawan Cacar Monyet

Siapapun pada dasarnya rentan tertular cacar monyet, yang telah lama mewabah di Afrika Tengah dan Barat.

Namun, sejauh ini penyebarannya di Eropa dan Amerika Serikat sebagian besar terkonsentrasi di kalangan pria yang berhubungan seks dengan pria lain.

Gejala cacar monyet pertama dapat berupa demam dan kelelahan yang bisa bertahan beberapa hari, kemudian muncul ruam yang dapat berubah menjadi lesi kulit berisi cairan menyakitkan.

Ruam ini dapat berlangsung selama beberapa minggu sebelum berubah menjadi koreng.

Sejauh ini tidak ada kematian akibat monkeypox yang dilaporkan di Eropa atau Amerika Serikat.

Lebih dari 16.000 kasus yang dikonfirmasi telah dicatat di 75 negara sepanjang tahun ini, kata WHO pada Senin (25/7/2022).

Sejumlah dosis vaksin cacar yang ditemukan untuk melindungi terhadap cacar monyet, yang disebut Jynneos, telah diberikan di New York, sebagian besar untuk pria gay dan biseksual.

Baca juga: UPDATE Cacar Monyet: Lebih dari 16.000 Kasus di Seluruh Dunia, Ini 74 Negara yang Terdeteksi Sejauh Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com