Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terancam Jadi Seperti Sri Lanka, 4 Negara Asia Ini Diambang Krisis Ekonomi Terburuk

Kompas.com - 18/07/2022, 21:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara-negara lain di Asia berisiko senasib dengan Sri Lanka, yang menghadapi krisis ekonomi terburuk dan memicu protes besar hingga mendorong penggulingan presidennya.

"Negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi dan ruang kebijakan yang terbatas akan menghadapi tekanan tambahan. Lihatlah Sri Lanka sebagai tanda peringatan," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada Sabtu (16/7/2022) sebagaimana dilansir BBC.

Baca juga: Demo Sri Lanka Masuki Hari Ke-100, Etnis Minoritas Gabung Warga Mayoritas Tuntut Pemerintah

Dia mengatakan negara-negara berkembang juga telah mengalami arus keluar modal yang berkelanjutan selama empat bulan berturut-turut.

Kondisi ini menempatkan impian mereka untuk mengejar ekonomi maju dalam bahaya. Terlebih mengingat meningkatnya tantangan global, seperti lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga, depresiasi mata uang, tingginya tingkat utang dan berkurangnya cadangan mata uang asing.

Berikut negara-negara Asia lainnya yang dikhawatirkan tampaknya berada pada lintasan yang sama dengan Sri Lanka menurut IMF.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Risiko Resesi Indonesia Hanya 3 Persen | Presiden Sri Lanka Resmi Mundur

1. Laos

Negara Asia Timur, yang terkurung daratan berpenduduk lebih dari 7,5 juta orang, menghadapi risiko gagal bayar pinjaman luar negerinya selama beberapa bulan.

Sekarang, kenaikan harga minyak karena invasi Rusia ke Ukraina menambah tekanan pada pasokan bahan bakarnya, dan mendorong kenaikan harga makanan di negara yang sepertiga penduduknya diperkirakan hidup dalam kemiskinan.

Media lokal telah melaporkan antrean panjang untuk bahan bakar dan beberapa rumah tangga tidak mampu membayar tagihan mereka.

Mata uang Laos, kip, telah jatuh dan turun lebih dari sepertiga terhadap dolar AS tahun ini. Suku bunga yang lebih tinggi di AS telah memperkuat dollar dan melemahkan mata uang lokal, sehingga meningkatkan beban utang mereka dan membuat impor lebih mahal.

Bank Dunia mengatakan negara itu memiliki cadangan 1,3 miliar dollar AS per Desember tahun lalu. Tetapi total kewajiban utang luar negeri tahunannya nyaris sama jumlahnya hingga tahun 2025, atau hampir setara dengan setengah total pendapatan domestiknya.

Baca juga: Krisis Sri Lanka: Bom Waktu yang Akhirnya Meledak

Utang publik Laos berjumlah 88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2021, menurut Bank Dunia, dengan hampir setengah dari angka itu berutang ke China.

Akibatnya, Moody's Investor Services menurunkan peringkat negara yang diperintah komunis menjadi "junk" bulan lalu, kategori di mana utang dianggap berisiko tinggi.

2. Pakistan

Harga bahan bakar di Pakistan naik sekitar 90 persen sejak akhir Mei, setelah pemerintah mengakhiri subsidi bahan bakar. Langkah itu terpaksa diambil untuk mengendalikan pengeluaran di tengah negosiasi program bailout lanjutan dari IMF.

Ekonomi Pakistan sedang berjuang dengan kenaikan harga barang. Pada Juni, tingkat inflasi tahunan mencapai 21,3 persen, tertinggi dalam 13 tahun.

Seperti Sri Lanka dan Laos, Pakistan juga menghadapi penyusutan cadangan mata uang asing hingga hampir setengah dari total sejak Agustus tahun lalu.

Baca juga: 7 Faktor Pemicu Tsunami Politik Sri Lanka, dari Biaya Hidup hingga Jebakan Utang

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com