Sekitar 1,7 juta penduduk membutuhkan "bantuan penyelamatan jiwa", menurut PBB, dengan empat dari lima orang mengurangi asupan makanan mereka karena kekurangan parah dan harga yang melonjak.
Pekan lalu, pemerintah Sri Lanka menutup lembaga negara dan sekolah yang tidak penting selama dua minggu untuk mengurangi perjalanan karena krisis energi.
Beberapa rumah sakit di seluruh negeri melaporkan penurunan tajam dalam kehadiran staf medis karena kekurangan BBM.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe sendiri telah memperingatkan kepada parlemen bahwa lebih banyak kesulitan akan datang.
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Presiden Tunjuk Raja Kasino jadi Menteri Investasi
"Ekonomi kita telah menghadapi kehancuran total," kata Wickremesinghe.
"Kami sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan," tambahnya.
Tidak dapat membayar kembali utang luar negerinya sebesar 51 miliar dollar AS, Pemerintah Sri Lanka menyatakan gagal bayar pada bulan April dan sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk kemungkinan bailout.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.