Lebih dari 100 hari kemudian, seperlima wilayah Ukraina berada di bawah kontrol militer Rusia, dengan pemerintahan boneka yang berbicara tentang referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Sekarang Putin merasa cukup berani untuk mengakui bahwa apa yang dia sebut "operasi" kenyataannya adalah okupasi.
Putin juga tampaknya percaya bahwa Barat pada akhirnya akan menerima realitas yang sedang dibangun oleh pasukannya dengan pertempuran di lapangan.
Pada waktu itu, "tidak satu pun negara Eropa" mengakui klaim Rusia pada lahan tempat Pyotr membangun St. Petersburg sebagai ibu kota baru Rusia, kata Putin. Sekarang mereka semua mengakuinya.
Komentar Putin juga membuat marah negara-negara Baltik.
Kementerian Luar Negeri Estonia memanggil duta besar Rusia untuk mengecam acuannya kepada serangan Pyotr Agung ke Narva, sekarang di Estonia, saat Rusia merebut kembali dan memperkuat wilayahnya.
Baca juga: Ukraina Sebut Lukashenko Minion-nya Putin, Ogah Ekspor Gandum Lewat Belarus
Namun, Putin menggunakan sejarah secara selektif.
Pyotr Agung, meskipun seorang otokrat yang bengis sekaligus pengagum ide-ide, sains, dan budaya Barat.
Dia membangun St Petersburg sebagai "jendela ke Eropa" dan berkeliling di benua itu, haus akan pengetahuan untuk mendorong Rusia menuju modernitas.
Pemerintahan Putin yang semakin represif perlahan-lahan menutup jendela ke Barat; perang ke Ukraina telah menyegelnya.
Bayangan pemimpin Rusia berkeliling ke Belanda atau Greenwich untuk mencari ide dan inspirasi, seperti yang pernah dilakukan oleh sang Tsar, sekarang tampaknya mustahil.
Ketika Putin memberi kuliah tentang tsar di abad ke-18 kepada para wirausahawan muda, rangkaian kata-kata muncul di belakang mereka: 'masa depan', 'percaya diri', 'kemenangan'.
Rusia bertekad untuk menunjukkan pembangkangan di hadapan kecaman dan sanksi dari Barat, dan Putin sendiri jelas-jelas tampak santai alih-alih terpojok.
Tetapi mungkin ada pelajaran lain dari buku sejarah.
Pyotr yang Agung memang akhirnya berhasil menaklukkan wilayah dari Baltik sampai Laut Hitam. Namun, Perang Utara Raya yang dilancarkan Rusia berlangsung selama 21 tahun.
Baca juga: Putin Beri Santunan Rp1,17 Miliar Keluarga dari Tentara Rusia yang Tewas di Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.