"Saya mendapat firasat itu sangat buruk. Mereka berkata semua orang berjalan di jalanan meminta obat kepada siapapun yang mereka temui," ungkap dia.
"Semua orang mencari sesuatu yang bisa memulihkan demam mereka, tapi tak ada yang bisa menemukan apa pun," ungkap Hwang-sun.
Dia tidak berani bertanya pada keluarganya tentang jumlah orang yang sekarang.
Jika mereka diketahui berbicara tentang kematian, itu bisa dianggap mengkritik pemerintah, dan dia khawatir keluarganya akan dibunuh karenanya.
Sejauh ini, sekitar 15 persen dari populasi menderita sakit yang disertai dengan "demam", merujuk pada data resmi pemerintah.
Baca juga: WHO Prediksi Covid-19 Korea Utara Semakin Parah, Tak Yakin Soal Klaim Rezim Kim Jong Un
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyadari adanya kekurangan pasokan obat dan memerintahkan militernya untuk mendistribusikan persediaan obat.
Menurut Hwang-sun, rumah sakit dan apotek di Korea Utara tak memiliki persediaan obat selama bertahun-tahun.
Yang dilakukan oleh para dokter, kata dia, adalah hanya menuliskan resep obat, namun terserah pada pasien di mana mereka mendapatkan atau membeli obat itu, baik dari seseorang yang menjual obat itu secara langsung, atau membeli di pasar setempat.
"Jika Anda memerlukan obat bius untuk operasi, Anda harus pergi ke pasar untuk mendapatkannya dan kembali ke rumah sakit?" ungkap Hwang-sun.
"Tapi sekarang bahkan penjual di pasar tidak memiliki apa-apa. Pemerintah berkata pada kami untuk merebus daun pinus dan meminum ramuannya," kata Hwang-sun berceria apa yang dikatakan oleh keluarganya.
Baca juga: Di Tengah Gelombang Covid-19 Terburuk, Korea Utara Klaim Mampu Atasi Kekeringan
Laporan media pemerintah juga menyarankan warga berkumur air garam untuk mengurangi gejala.
"Itu yang terjadi jika mereka tak memiliki persediaan obat. Mereka beralih ke pengobatan tradisional," ungkap Dr Nagi Shafik, yang bekerja untuk organisasi PBB yang membidangi isu anak-anak (UNICEF) di pedesaaan Korea Utara sejak 2001.
Ketika dia terakhir kali berada di negara itu, pada 2019, persediaan obat sudah menipis.
"Ada beberapa, tapi sangat, sangat sedikit," kata Shafik.
Hampir semua obat di Korea Utara diimpor dari China dan dalam dua tahun terakhir perbatasan kedua negara yang ditutup membuat pasokan persediaan obat impor terhenti.